Cintaku · Iseng Aja

Mimpi

Bintang itu tak henti-hentinya berkelip seperti hendak mengirim pesan untukku. Kilaunya sungguh menyilaukan, sesaat biru lalu putih namun kadang merah jambu tak pernah merah atau oranye. Sesekali hijau lalu biru lagi lalu putih lagi, oh, bahkan keemasan. Setiap pergantian warna meninggalkan pendar-pendar yang eksotis. Indah luar biasa.

Hingga pegal leherku tak kutemukan juga makna kilau bintang itu. Bahkan bumi yang kupijak pun mulai goyah, bosan mendukung kakiku untuk terus berdiri menatap langit. Aku mulai panik. Bagaimana jika kilaunya lenyap sebelum aku mampu mengartikan maknanya? Apa yang akan terjadi jika pesan itu tak sampai padaku?

Di tengah kegalauan hatiku sebuah tangan mungil menggenggam tanganku. Lalu tangan mungil yang lain menyusul menggandeng lenganku. Kedua pasang mata jernih yang tak kalah terangnya dari bintang itu menatapku. Bibir merah mungil mereka merekah. Kemudian sebuah lengan perkasa melingkari bahuku. Kutatap wajah itu. Senyumnya tipis dan dia menggeleng sendu.

Aku bingung. Kutatap kembali kilau bintang itu. Oh, mengapa kilaunya meredup? Mengapa kaleidoskop  indah itu menipis? Kemana biru tadi, emas tadi, hijau tadi, merah muda tadi? Dan bintang itu seakan menjauh. Kecil, kecil, lalu oh serupa titik saja nampaknya.

Tiba-tiba air mata mengalir di pipiku. Aku kehilangan bintang itu, tidak. Tidak benar-benar kehilangan sebetulnya. Cahaya yang serupa titik itu masih di sana. Masih menyimpan rahasia, masih mengemban pesan yang belum sempat kumaknai. Namun dari cahayanya aku tau bintang itu masih akan kembali dan terus kembali. Sampai aku menangkap pesan cinta itu.

Sentakan halus di tanganku menyadarkanku. Kutatap kedua malaikatku, kupandangi wajah kekasihku. Aku menyerah. Aku menunduk. Hatiku biru sekaligus putih. Perlahan kutangkap makna cahaya bintang itu. Maafkan, aku belum bisa membawa seluruh belahan jiwaku menyambut cahaya itu.

Namun aku tau, bintang itu takkan pernah meninggalkanku. Dalam keadaan apapun cahayanya masih terus akan menuntunku. Membawaku dan seluruh belahan jiwaku pada terang dan pada indah sekaligus.

Walau harus menunggu seratus atau seribu tahun lagi, bintang itu takkan pernah meninggalkanku. Seperti akupun takkan pernah meninggalkannya. Dan kuterus mencoba meraih sekedar cahayanya saja untuk menerangi hidupku dan seluruh belahan jiwaku. Suatu saat nanti,  meski hanya mimpi, bintang itu akan hadir di hati malaikatku, kekasihku.

Selamat Natal dan Tahun Baru

6 tanggapan untuk “Mimpi

  1. Terkadang yang nampak indah adalah semu
    Terkadang yang semu justru berkilauan mempesona
    Terkadang yang berkilauan lebih nampak kekal dan nyata meski sadar gamang di dada

    Terkadang…

    Lupa asal menggapai asa, lupa diri karena jumawa, meski nyana nanar yang ada…

    aniwei met natal deh buat istriku tercinta…

    Thanks Honeeey, ini sungguh sangat berarti buatku. Luv U…
    😀

  2. mbak…
    aku ga tau mau sedih apa gmn…

    ngeliat postingan ini, aku jadi harus bener-bener yakin dengan pilihanku…

    hmmm..ga ngerti yah? tapi postingan ini berarti banget…

    met natal mbak, walau sangat terlambat…met tahun baru juga…JBU, always…

    Ikuti saja kata hatimu, Dik. Tetapkan pilihanmu karena itu hidupmu, jangan karena seseorang kau jadi berbelok tujuan. Tapi jika itu panggilanmu maka ikutilah. Memilih karena hati dan panggilan bukan “harus memilih” karena seseorang. Akan berat nantinya. Selamat Natal jugaaa….
    JBU too….

Tinggalkan komentar