I feel blue · Nimbrung Mikir

Lukisan Cinta

Gadis itu datang lagi. Dan seperti hari-hari lalu dia duduk di pasir basah. Memandang jauh ke tengah samudera, membiarkan ombak menjilat lembut jemari kakinya. Aku tak tahu rautnya, aku tak tahu jelitanya, aku tak tahu merah bibirnya, yang kutahu hanya ikal rambutnya, membingkai oval parasnya.

Gadis itu datang lagi. Kali ini dia tak hanya termenung menatap senja. Di hadapannya ada kanvas dan cat. Aku tak tahu apa yang dilukisnya, aku tak tahu apa yang ditorehkannya. Yang ku tahu hanya pandangannya, sesekali menatap cakrawala, sesekali terpaku pada satu titik. Aku tahu dia tengah terhipnotis keindahan lembayung senja.

Gadis itu datang lagi. Masih dengan kanvas dan catnya. Namun kali ini dia lebih banyak termenung. Sesekali menunduk, sesekali menengadah, sesekali mengusap mata dan pipinya, dan sesekali pandangannya beradu denganku. Dan aku langsung tertunduk, tak kuasa menahan getar aneh yang menjalari sekujur tubuhku, seperti ribuan semut yang berdansa dengan iringan orchestra. Sesungguhnya aku tak tahu, aku kah yang ditatapnya atau mentari senja yang siap turun ke peraduannya? Tapi aku selalu bergetar.

Gadis itu tak datang lagi. Sudah dua purnama aku menunggunya. Sengaja kukayuh perahuku ke bibir pantai. Kadang kuraba pasir basah itu. Kucoba rasakan jejaknya, kucoba menjadi dirinya, duduk merenung menatap semburat-semburat jingga di ufuk sana. Apa yang dipikirkannya? Apa yang direnungkannya? Apa yang dilukisnya?

Gadis itu tak pernah datang lagi. Dan aku sudah tak peduli! Aahh…bohong…dusta!! Sesungguhnya aku masih sangat merindukannya. Kubiarkan perahuku terapung dipermainkan ombak, aku tak peduli lagi! Kubiarkan jala-jala itu terkoyak, aku tak peduli lagi! Kubiarkan ikan-ikan menari tanpa takut padaku lagi, aku tak peduli! Aku tak peduliii……. Dusta!!!

Gadis itu datang lagi! Ketika hatiku tak lagi perih dan kembali ku menjadi penguasa samudera. Ah, namun ternyata rinduku masih membuncah. Kukayuh perahuku mendekat pantai, tidak…tidak terlalu dekat. Aku malu. Kanvas itu dibawanya tanpa cat. Parasnya berseri….ohh…ternyata dia sungguh cantik! Aku tertunduk. Dia melambai memanggilku. Benarkah? Atau hanya anganku saja? Aku membuang muka pada matahari. Ribuan semut itu kembali menggerumutiku. Langit semakin menghitam. Ketika ku berpaling, gadis itu telah pergi. Jejak kakinya telah tersapu ombak. Tapi, ooh kanvas itu tertinggal! Atau ditinggal? Ombak nakal itu menjilat-jilat tepian kanvas yang kini tergulung. Sekuat tenaga kukayuh perahuku berlomba dengan ombak dan angin.

Gulungan itu telah kuraih. Ingin ku membuka dan melihat lukisannya, tapi jantungku menggemuruh laksana badai yang menggulung perahu ayahku. Namun jemari ini tak lagi menuruti perintah otakku. Sedikit demi sedikit tampak gambar cakrawala jingga membentang dengan bulat surya keemasan ditelan samudera yang kian menghitam. Dan…. dan di tengah mentari emas itu, nampak perahu nelayan…oh…perahuku! Sosok siapa dalam perahu itu? Aku kah? Namun mengapa wajahnya tertunduk? Ya, itu aku!

Di ujung lukisan itu tak kudapati ukiran namanya, hanya sebentuk kalimat.

“Nelayanku, engkau telah menyelamatkan jiwaku”

Aku menyelamatkan jiwanya? Tapi dia telah menamatkan jiwaku! Aku tahu dia takkan pernah datang lagi!

Hay…hay… kisah ini ikut memeriahkan Agustus di Ceritaeka


38 tanggapan untuk “Lukisan Cinta

  1. Jadi ceritanya horor nih? Hihihi… Semoga menang yak?

    Choco:

    Gak kok 😀

    Kisahnya seorang gadis yang sedang putus asa. Kembali menemukan hidupnya saat melihat nelayan muda yang mempertaruhkan nyawanya setiap hari (halah…halah…)

    Eeee, lha kok nelayannya malah jatuh cinta hahahahaha…….. kasiaaaannn 😦

    (ngayale pooollll)

  2. Kereeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn…!!!!!

    sudah, itu saja komentar saya, sekian dan terimakasih.. 🙂

    moga menang ya sist.. 🙂 🙂
    (asik, daku bakal dibagi buku nih kalo sist cho menang, ehm,,ehm,,)

    Choco:

    Aiiihh, masih kalah aku ma “the nice true story” hahahha…..
    (asyikk, Iyha mo kasih aku voucher… ehm…ehm…)

  3. keren,
    walau endingnya pedih ya ?

    salam kenal ya
    🙂

    Choco:

    Hihihihi….biar dramatis kayak sinetron gitu 😀

    Salam kenal, makasih dah berkunjung yaaa….

  4. Apik..apik tenah, gak basa-basi dan juga bukan karena aku lagi kasmaran sama penulisnya…apik tenan kok

    semoga menjadi juara, minimal runner jika aku yang menjadi pemenang utamanya.

    salam sayang selalu…

    Choco:

    Kalo Pakde yang menang, vouchernya lempar ke sini aja yaaaa 😀

  5. Onde mande, dua orang serumah kok artikelnya apik-apik
    semoga di kontes Cerita Eka menjadi juara, minimal runner 1 dan 2 jika ambo juaro.

    Salam sayank selalu untuk diajeng nan ayu….

    ( klothax….dhezzzz…… tuh bener deh..uleg-uleg batu buatan Munthilan kena jidats ..duh mas ferry kok tega sih….)

    Choco:
    Gak contek-contekan lho, Pakde…..

    Huahahahaha…… Pakde bandeeel 😆

  6. ouuh keren banget seeh ceritanya..
    ckckc saya suka pantai.. tapi suka mabok laut oh oh oh katro..seneng mampir di blog ini..anak2nya itu loh lucu2 ngegemesin hehe

    Choco:

    Hihihihi… saya jugak pemabok kok, jangankan naik kapal laut, naik bis aja mumet 😀

    Makasiiyy, Om 😀

  7. Met pagi Chocho 🙂

    aku catat yah linknya untuk dinilai dewan juri.
    Ma kasih udh berpartisipasi!

    salam,
    EKA

    Choco:

    Haiii, met siang Eka 😀
    Silakan, makasiyy yaa….

    Salam

  8. waaahhh…….kerrrrrreeeennnn…………..
    pastinya kalau bunda jurinya , prosa ini jadi juaranya 🙂
    ikut mendukung semoga sukses di acaranya Eka, ya Mbak Choco sayang 🙂
    salam

    Choco:

    Addduuuhhh, Bundaaa… aku jadi tersipu-sipu nih 😀
    Makasih ya, Bun dukungannyaa…
    Salam sayaangg…

  9. Indah nian tulisan ini, ku jagokan sebagai salah satu pemenang di cerita eka…
    sukses ya…salam kenal

    Choco:

    Waah, makasiiiiyy…. semoga yaaa 😀
    Salam kenal juga, makasih dah berkunjung 😀

  10. salam kenal chocovanilla enak tuh????mana buat aku yach!!! kunjung balik yoo,mungkin ada yang terbaru,,hehehe

    Choco:

    Hahahaha…. sipp nanti bakal berkunjung 😀

  11. ah, ini emang keren banget
    selamat yaah jadi juara 🙂

    Choco:

    Aduuh, jadi tersipu 🙂
    Makasiy yaa, selamat juga untukmu 😀

  12. SELAMAT BU CHOCO …

    Ini memang layak untuk menang …
    Jurinya bukan orang sembarangan lho …

    So … You are a talented writer Bu

    Salam saya

    Choco:

    Makasiiy ya, Oomm….

    Jujur saya emang ngarep menang, tapi gak nyangka ketika beneran terjadi, lhoo… suwer ewer ewer…. 😀

Tinggalkan Balasan ke nh18 Batalkan balasan