Dongeng insomnia · Iseng Aja · Mbuh Ah !

Sang Penari

Tak lelo lelo lelo ledung, cup menenga aja pijer nangis anakku sing ayu rupane….

Alunan kendang mengentak semakin keras. Lelaki-lelaki itupun semakin beringas laksana kuda jantan menahan berahi. Sang Penari berusaha terus mengimbangi, sementara batin pun semakin lantang melagukan buaian. Dengarlah, dengarlah, anakku, Ibu kan terus membuaimu, tidurlah lelap, hentikan tangismu Nduk Cah Ayu. Tidurlah … tidurlah lelap.

Tak gadang bisa urip mulyo, dadiyo wanito utomo, ngluhurke asmane wong tua

Senyum menggoda tersungging, kerling mengundang mengerjap dan sampur pun terlempar. Sang Penari menggelinjang, dengusan kuda jantan membuatnya melengos. Oh, memuakkan, menjijikkan, menggelikan. Namun senyum tetap merayu, kerling tetap mengundang. Sang Primadona telah kembali! Penari paling cantik, penari paling menggairahkan, penari paling menggoda. Dan sanubari pun kian lantang melagu. Lelaplah Anakku, cepat besar Cah Ayu, kelak kau kan jadi wanita mulia. Biarlah Ibumu jadi bunga layu, namun kau kelak kan semerbak dan terhormat. Tidurlah…tidurlah lelap.

Tak lelo lelo lelo ledung, cup menenga anakku cah ayu, tak emban slendang batik kawung

Sampur jingga berpindah. Mengalungi leher kuda terbaik. Ringkikan dan dengusan berputar-putar seirama kendang. Iri hati dan ejekan menguar di udara. Bunyi gamelan dan pekikan sinden semakin menggila. Sang Penari mengernyit, dadanya membengkak sakit, membeku. Air kehidupan mulai merembes menembus kemben hijaunya. Gemulainya mengejang, pinggulnya tersendat. Oohh, jangan menangis Cah Ayu, sebentar Ibu kan datang. Lelaplah Sayang, biar Ibu selesaikan malam nista ini, segera Ibu kan menggendongmu, sesaplah air susu sepuasmu. Tidurlah… tidurlah lelap.

Cup menenga anakku kae bulane ndadari kaya ndas butho nggilani agi nggoleki cah nangis

Malam tak kunjung usai, bahkan bulan pun kian mengemas dan awan-awan jauh menyingkir. Keringat dan asap tembakau menodai udara. Sang Penari semakin sakit. Bahkan kalbunya tak mampu lagi membuai. Kelu, kaku, bisu. Terbayang derita sang buah hati nun jauh di sana, sendiri hanya berteman nenek tuanya. Tergambar tangisan sang bayi, yang lapar air kehidupan, rindu menyesap air susu nan melimpah. Ditariknya sampur jingga dari leher kuda jantan terbaik. Teriakan dan cercaan mengiringi langkahnya. Hinaan dan cacian mempercepat larinya. Ibu pulang Anakku, biarlah tak membawa uang, biarlah tak membawa beras, hanya air susu ini yang kau butuhkan bukan? Jangan lelap Anakku… Ibu datang.

Tak lelo lelo lelo ledung cup menenga aja pijer nangis anakku sing ayu rupane

Deras air mata mengalir, jatuh di kening sang buah hati yang menyesap dengan rakus sari manis kehidupan. Tamat sudah primadona ronggeng ini. Kuda jantan terbaik itu telah memakinya, meneriakinya, artinya tamat sudah! Oh, Nduk Cah Ayu, andai dia tahu, andai kau tahu, pejantan itulah Bapakmu! Semoga kau pun serupawan dia, namun Ibu berdoa agar kau tak mewarisi bejatnya! Tidurlah… tidurlah lelap, Cah Ayu. Malam kan segera berlalu, biarlah kesusahan esok untuk esok saja, cukup sudah untuk hari ini.

30 tanggapan untuk “Sang Penari

  1. Berat mencernanya.
    Syukurlah si penari sudah tobat.

    (hayah, sok ngerti aja ceritanya. hihihi)

    Choco:

    Ah, ringan kok 😀
    Ini kisah seorang penari yang masih menyusui bayinya. Ketika masih bekerja terngiang-ngiang tangisan anaknya minta susu. Dan hidup adalah pilihan bukan? Ternyata dia memilih mengikuti naluri keibuannya, walo harus kehilangan pekerjaan.. 🙂

    (halaah, senengane ngayal pooolll 😀 )

  2. Bu Choco …
    saya terhenyak membaca tulisan ini
    tulisan ini sangat ChocoVanilla
    Sweety, milky, creamy, crispy, … bitter also

    Keren bu …
    (ini satu lagi kandidat 18 from the ladies … postingan terbaik blog ini untuk tahun 2010 menurut versi trainer)

    salam saya

    Choco:

    Yang ini bagian bitter nya ya, Om 😀
    Horeeeee jadi nominator 😀

  3. saya seperti membaca salah satu sastra masa kini dalam sejarah penulisan di Indonesia. Benar-benar sarat dengan cerita kehidupan yang membumi.
    Saya terhenyak sebentar untuk kemudian mencerna cerita yang ada, ya penari itu bergolak dengan batinnya akan kehidupan yang dijalaninya. Tidak jarang penari itu implementasi dari model mobil, model HP, SPG kosmetik, dll yang menyentil kehidupan di ranah nyata.

    Choco:

    Aduuh, saya ini pengidap GR kronis lho, Pak Mandor 😆

    Wah, pengamatan yang jeli, Pak Ndor 😀
    Para Ibu menyusui yang bekerja di lapangan dan bukan di kantoran akan sangat susah mengelola ASI nya. Dan bila sudah membengkak terasa sakiiiit sekali 😦 Apalagi para ibu yang harus merendahkan martabatnya demi kelangsungan kehidupannya. Kasihan ya? Namun selalu ada pilihan dalam hidup 🙂

  4. Huaaaaaaaaaaaaaa….. mimik..mimik… *anaknya nangis* heheh

    Daku jadi terbayang-bayang, gimana nantinya pas waktunya menyusui dan harus bekerja ya?? hikssssss.. 😦

    Tulisan ini…. keren sangat!!

    sist, kangen aku… kamana wae atuh???? 🙂

    Choco:

    Tenang sajaaa, Saay, kan bisa dipompa trus taruh kulkas ato termos es 😀

    Aku jugak kangen nih (hiiiyyyy), lagi ngerjain budget 😥

  5. mbakyu…bagus tenan…
    dilema yang tak berkesudahan…
    fenomena seperti ini masihkah ada di tengah masyarakat kita?
    arrrgghhhh….

    kapan yo aku bisa nulis seperti ini?

    Choco:

    Aduuuh, bisa aja Jeng Devi inii… (gaya bahasa emak-emak arisan 😀 )
    Masih banyak kok, gak semua perempuan bisa memperoleh hidup layak. Kadang harus merendahkan harga diri serendah-rendahnya 😥

    Bisa, saiki wae to… 😀

  6. uahahahahhaa…
    gak jadi mello aku baca komen ibu – ibu diatas ini…
    pake ngiklan lagih. hahhahahaha

    padahal abis baca tadi pengen aku komen :
    kereeen bu piet. suka banget sama detail saat sang ibu berlari pulang meninggalkan bapak sang anak.

    ah ketawa dulu aaah
    hehehehhehee…

    Choco:

    Hahahaha…. Riani, bukankah lebih baik ketawa daripada mellow? 😀
    Thanks yaaa 😀

  7. hehe…kudanya tuh bisa disewa kagak bun…hihihi…

    Choco:

    Waah, gak bisa, Mas. Jadual sudah padat. Pagi ngandong, siang narik grobak, malem bawa dokar 😀

  8. Mbak Choco beberapa saat saya tidak mampir tapi tulisannya makin mantap mbak. Makin berbobot. Ternyata berlatih dan berlatih adalh jawabannya. Sungguh saya terinspirasi.

    Choco:

    Mbak Citraaaa apa kabar? Sudah turun saljukah di sana?
    Betul Mbak, banyak berlatih dan….. ngayal hehehehe…… 😀

  9. mbak, piye kabare. makin keren aja nih blognya. kayak baca sastra gitu….
    itu lagunya tak lelo lelo lelo ledung… judulny apa ya?

    Choco:

    Haiiiii Tarii, kabarku baek kok 😀
    Hahaha… judulnya Tak Lelo Lelo Ledung. Aku jugak gak apal lagunya kok, itu di atas dapet dari wikipedia 😀

  10. absen dolo… sambil menikmati gambar putra-putrinya yang lucu di sisi kanan 🙂

    Choco:

    Aiiiih, Tante Oyen jugak lucu deeh 😀

  11. saya bukan penari itu lho.’

    penari kadang banyak yang menggoda dan digoda
    akhirnya tergantung pada iman di dada
    bukan berapa jumlah uang yang diselipkan di dada

    salam hangat dari Surabaya….

    Choco:

    Sekarang gak ada yang diselipin, Pakde, kan ditransfer 😀

  12. Hmm…akhirnya sang penari memilih hal yang tepat.
    Kadangkala, kita emang dihadapkan pada suatu pilihan yang berat, dan kita memang harus memilih.
    Gunakan hati dan naluri untu memilih pilihan tsb 😀

    Choco:

    setujuuuu….selalu dengarkan nurani 😀

  13. Salam kenal, Mbak Choco…
    meluncur dari blog Om NH…
    membaca posting ini saya jadi terhanyut… indah betul untaian kalimat-kalimat yang Mbak tulis… sarat makna mendalam….

    Salam hangat selalu, Mbak…

    Nana Harmanto

    Choco:

    Waduuuh, melayang diriku ihik…ihik….

    Makasiy yaaa….

  14. Membaca ini….semakin menyadarkan kita akan kerasnya kehidupan…

    Seorang ibu yang juga pekerja…

    T.T

    Choco:

    Haiii Putri, pa kabar?

    Iya, perjuangan Ibu demi kelangsungan hidup sang buah hati

  15. langkah kita jangan sampai terhenti, meneruskan perjuangan tuk lebih baik dari sang penari yang menangisi dirinya

    Choco:

    Jangan menyerah…jangan menyerah… gitu yaa 😀

  16. Perjuangan Seorang ibu untuk bisa memberikan barangkali dengan cara yang demikian, Namun Ibu..tetap Seorang Ibu Kasihnya sepanjang masa..kalau anak kasihnya sepanjang galah…

    Choco:

    Betul, tiada kasih yang lebih abadi daripada kasih Ibu kepada anaknya….

  17. Hi,

    Kita dari WarongKopi.com ingin mengajak anda untuk bergabung dengan kami.

    WarongKopi.com merupakan satu situs komunitas blogger dimana anda dapat membagi article antar sesama blogger, comment, voting blogger kesukaan anda dan masi banyak lagi.

    Join sekarang juga di WarongKopi.com

    Rgds,
    Roland

    Choco:

    Ke TKP dulu yaa….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s