Dongeng insomnia · Iseng Aja

Lastri Ndak Mau Kawin

Aku ndak mau kawin, Mak! Aku masih ingin terbang seperti burung-burung. Aku masih ingin berlari-larian seperti menjangan. Emak tau kan, kawin itu berarti penjara? Memangnya Emak tau arti kawin? Kawin itu ndak cuma tidur kelonan. Kawin itu ndak cuma berjumbuh raga di mana selaput tipis akan robek berdarah untuk kali pertama. Lalu si laki-laki menepuk dada kegirangan. Aku bakal nangis semalaman, Mak! Kawin itu pengabdian dan pasrah total. Ndak ada korting atau potongan.  Aku ndak mau!

Oalah…Nduk…Nduk… Terus gimana? Bapakmu sudah terima lamarannya! Hidupmu bakal enak, Wuk, ndak susah seperti sekarang. Makan cuma bodin, ngombe cuma banyu sumur, sukur-sukur ada wedang teh. Sengsara, Nduk. Emak pengen kamu urip mulyo, pakai sandang bermutu, macak sing ayu. Rumah magrong-magrong, ratane ombo. Kemana-mana naik montor. Wis to, terima saja. Uripmu bakal seneng, Wuk Cah Ayu.

Ndak mau! Aku ndak mau digagahi (hush…hush…)! Aku  masih mau sekolah. Aku ndak mau repot punya anak. Emak tau kan umurku brapa? Nanti, aku mau kawin kalo sudah umur dua lima, kalo perlu umur tiga puluh juga ndak papa! (hush….nyebut…Nduk…nyebut…but). Emak tau kan, kalo sudah jadi bini, perempuan ndak bisa ngapa-ngapain lagi. Cuma masak, macak, manak. Ndak enak, Mak. Aku masih mau bebas.

Oalah, Las, kemajon kowe! Kemajon tenan! Mau sekolah pake apa? Wong buat makan saja ndak cukup. Eling kowe, Nduk, Bapakmu cuma buruh tani. Kita makan dari rontokan gabah, mau sekolah apa? Perempuan ndak usah sekolah. Emak pun ndak sekolah bisa punya anak pitu? Emak ndak perlu bidan ndak perlu dokter, cuma bersin saja kowe kabeh wis podo mbrojol. Sekolah ndak penting. Sing penting bisa dapat bojo sugih, bagus, uripmu bakal penak, Nduk.

Ndak mau! Kalo Emak maksa, aku mau minggat saja (hush… nanti ada malaikat lewat!). Aku mau kabur ke kota. Di sana aku bisa sekolah, bisa cari duit sendiri. Emak saja yang kawin sama Ndoro Bagus itu (hush… nyebut kamu, Nduuk). Emak kan yang pengen hidup enak? Ndak papa aku makan ceceran gabah, aku seneng begini, Mak. Daripada makan nasi pulen lauk iwak tapi terpenjara?

Oalah Las….Wuk…Nduk…. parasmu itu ayu, Nduk. Kulitmu putih, mbakyumu kakangmu keling kabeh. Sing pengen ngepek kamu itu ngantri tekan pasar Srandak. Jangan suka jual mahal nanti malah kepancal. Ndoro Bagus itu biar bininya sudah empat, masih mau ngopeni kamu. Padahal kita ini siapa? Wong mlarat, kere, cuma keset selop. Nek kamu jadi garwane Ndoro Bagus, derajat kita naik, Wuk. Kamu bakal punya gelar, Emak Bapakmu ndak cuma diece orang-orang. Mbok kamu ngerti, Nduk… hik…hik…hik…

Hiks…hiks…hiks…

Hik…hik…hik….

Emak bener pengen saya cepet kawin? Biarpun saya ndak bahagia? Biarpun cuma jadi bini kelima? Biarpun cuma jadi perhiasan Ndoro Bagus? Biar harkat Emak terangkat? Biar ndak jadi keset selop? Emak tau, Yu Senik biarpun lakinya buruh tani tapi bahagia. Karena Yu Senik tresno sama Kang Juki. Kang Juki tresno sama Yu Senik. Biarpun makannya juga cuma bodin. Hiks…hiks…

Emak cuma pengen Ragil Emak iki urip enak, ndak seperti mbakyu kakangmu. Omah-omah itu ndak cuman tresno, tapi perlu beras, perlu gula, perlu duwit. Hik….hik… Nanti kalau kamu tolak lamaran Ndoro Bagus, Emak Bapakmu tambah sengsoro. Ndoro Bagus pasti murko. Hik…hik…. Ndoro itu piyayi yang baik, tapi kalo malu siapa tahu? Kamu pasti bahagia, Nduk. Hik…hik…hik… Apa kamu ndak bosen urip serba kekurangan gini? Hik…hik…

Urip enak itu gimana cara kita nrimo, pasrah, ikhtiar, Mak. Gimana cara kita njalani hidup hiks…hiks…

Hik…hik…hik…

Hiks…hiks…hiks…

Jadi kamu mau kan sama Ndoro Bagus, Nduk Cah Ayu?

Hiks….hiks…hiks…

__________________________________________________________________________________________

Selamat Hari Kartini 😀

I feel blue · Iseng Aja · Tak Enak

SMS

Suatu malam aku ber sms dengan mantan staff rumah tanggaku. Begini sms nya.

Aku          : Gimana kabarnya, Mbak?

Eks mbak : Ooh, baik, Bu.

Aku          : Mbak, barangkali ada temen yang mau ikut aku, dong

Eks mbak : Lho, mmg mbaknya ke mn, Bu?

Aku          : Ah, minta lbur mulu. Skrg lg pulkam.

(Gak dibalas. Lama kemudian)

Eks mbak : Bu, kl sy balik lg gmn?

(Aku berteriak kegirangan, tapi pura-pura nanya lagi)

Aku          : Lho, bkn km dah kawin, Mbak? Suamimu gmn nanti?

Eks mbak : Sy dah putus, Bu. Gak jd nikah.

Aku          : Walaaah, yo wis kpn mo dtg?

Eks mbak : Hr minggu yach

Aku          : Yo wis, tak tunggu ya, mbak.

Eks mbak : Ya, Bu.

Sayang sungguh sayang…. kau ada yang punyaaaa.… ini hanya sms imajinasi, alias khayalanku saja. Mengharap mbak tak jadi kawin kembali setelah yang baru tak ada yang setiaaa 😥 hiks….hiks….hiks….

 

Catatan: Maaf, postingan tak bermutu blaz! ‘Coz ini ingin sekali kulakukan tapi takut akan jawabannya 😦

(Opo to yoooo??? Mbuh ah! Mumet dewek!)

Iseng Aja · Karya Si Cantik · Nyam...nyam...sedaaap...

chocoBall

Hari Sabtu seharusnya menjadi hari yang menyenangkan. Karena kami biasanya melakukan ritual bangun siang, malas-malasan, uplek dan kruntelan di kamar saja :mrgreen: Tapi Sabtu dua minggu lalu adalah Sabtu kelabu. Karena listrik mati sejak pagi hingga siang. Sementara kekasihku terkapar sakit dan aku juga baru sembuh jadi malas untuk bepergian. Dan ketika baterai laptop dan NDS habis, mulailah kedua malaikatku bete.

Untunglah aku ini seorang Ibu siaga, cepat tanggap dan penuh ide serta kreatif (plax! aduuuuhhh…). Maka kuajak Si Cantik untuk membuat kudapan yang tak perlu alat listrik. Hanya perlu mangkok dan ulekan 😀 Ini resepnya.

Bahan:

  1. Biskuit marie satu bungkus (boleh regal, khong guan, dll)
  2. Susu kental manis coklat ukuran brapa ya, sachet yang besar deh (200 ml?)
  3. Mentega 1 sdm
  4. Meises warna-warni

Cara Membuat:

  1. Potong-potong biskuit menjadi keping-keping kecil, lalu haluskan dengan ulekan (nguleknya di mangkok aja)
  2. Setelah halus, tambahkan 1 sdm penuh mentega, lalu tuang susu kental manis (kalo ada rum boleh juga tambahkan 1 sdm)
  3. Aduk sampai kalis, susunya dikira-kira ya, kalo kebanyakan ntar lembek
  4. Bentuk adonan yang sudah kalis menjadi bola-bola kecil, sebesar bakso
  5. Gulingkan bola-bola tadi pada meises warna-warni
  6. Masukkan freezer bentar (biarpun listrik mati tapi kan masih ada aroma dinginnya 😀 )
  7. Hidangkan
Pegel, Bundaaaaa..... 😦
Segini, Bunda? Teruuuus, Naaak....
Kalo ini Bunda yang ngaduk :mrgreen:
Bagian yang paling disukai Cantik 😛

Nah, lha kiye chocoBall a la chef Cantik dan Bundanya 😀

Guanteeeeng, nanti pipi Adek kempes lhoooo.....

Nah, Ibu-ibu sekalian, silakan dicoba resep murah meriah mudah ini bersama ananda tercinta. Semoga bisa menjadi inspirasi untuk mengisi waktu luang. Oya, klo mo bereksperimen dengan susu putih ato strawberry, pasti hasilnya cantik 😀 Kalo dah jadi kirim-kirim yaaaa :mrgreen:

Dongeng insomnia · Nimbrung Mikir

Gadis Rembulanku, Sahabatku

Hujan masih cukup rinai. Pesawat masih satu jam delay. Awan-awan hitam menggantung rendah, tak menjanjikan cerah dalam sekejap. Sebentar-sebentar sahabatku mengusap matanya yang gerimis. Sebentar-sebentar kekasihnya mengusap lembut dan mengecup keningnya. Dan sebentar-sebentar kuembuskan asap sigaret dari hidungku. Ini sigaret yang keempat, yang akan kusisakan panjang puntungnya lalu mengambil yang kelima.

Kucoba tak menyaksikan adegan itu. Jantungku serasa terimpit, hatiku serasa menipis. Menyaksikan sahabatku bermesra dengan kekasihnya. Tapi ini permintaan sahabatku, untuk mendampinginya melepas kekasihnya yang akan pergi melingkari separuh bumi ini. Demi masa depan mereka berdua namun demi kehancuranku. Napasku tersengal, tersedak asap yang menggulung di kerongkongan. Kutinggalkan mereka sejenak. Kutata serakan hati dan jantungku. Dan kuisap sigaret yang kelima.

Rinai melembut. Suara merdu dari pengeras suara membuatku kembali mendekat. Sahabatku sedang memeluk kekasihnya. Kekasihnya sedang mendekap sahabatku. Lalu kekasihnya mendekat padaku, menepuk bahuku. Bro, kutitipkan dia padamu. Hanya kau yang kupercaya menjaganya selama aku pergi. Dia berucap. Aku hanya mengangguk, tersenyum dan menyalaminya. Mengucapkan selamat jalan dan semoga menemukan cinta baru di sana. Tentu saja dalam hati. Kuisap sigaret yang keenam.

Sahabatku melambaikan tangannya. Ingin kumendekapnya. Ingin kumenghiburnya. Ingin kukatakan masih ada aku untukmu, Namun hanya kugamit lembut lengannya. Dia menoleh, tersenyum samar dan menghapus embun di matanya. Maafkan aku. Ucapnya. Mengapa kau begitu banyak merokok? Tegurnya ketika kuambil sigaret ketujuh. Aku hanya mengangkat bahu lalu mengajaknya pergi. Kuselipkan sigaret itu di bibirku namun tak kunyalakan. Sahabatku benci bau asap.

Gerimis masih ada. Setia pada awan. Sahabatku mendongak ke atas berharap dapat melihat kekasihnya di antara awan-awan. Setahun dia akan berpisah. Setahun aku punya kesempatan. Namun dia seperti rembulan. Begitu cantik, begitu nyata, begitu dekat namun tak teraih, tak tersentuh. Gadis Rembulanku, sahabatku. Aku cinta padamu. Kusiapkan sigaret kedelapan dan masih tak kunyalakan.

______________________________________________________________________________________

 

Horeee….. ikutan memperebutkan novel terbarunya Yessi Greena “Seperti Janji Kita”.

Wish me luck 😉

 

Iseng Aja · Ketawa dulu

Markisa Gee

Markisa Gee meninggal dunia. Di pintu Surga ia menemui malaikat penjaga surga. Dan terjadilah percakapan ini.

Markisa Gee : Ijinkan saya masuk ke surga.

Malaikat       : Tidak. Tempatmu bukan di sini.

Markisa Gee : Tapi saya sudah bertobat atas semua dosa saya. Saya sudah mengembalikan semua harta pada pemiliknya dan sudah menyumbang ke mana-mana.

Malaikat       : Memangnya kamu siapa?

Markisa Gee : Saya Markisa Gee, masa kau gak tau?

Malaikat       : Bukan. Kau bukan Markisa Gee.

Markisa Gee : Heiii, please deh, ini aku MARKISA GEE. Masa kamu tidak tau?

Malaikat       : Tidak! Tuhan menciptakan Markisa Gee dengan ukuran 34 A dan bukan 44 DD!

Markisa Gee : $^%&^@*&^^(*&@!(*&(* 😥 😥 😥

 

Kisah ini fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tokoh, dan persitiwa itu hanyalah kebetulan. Sama sekali tidak ada unsur kesengajaan.

 

Dongeng insomnia · Iseng Aja

Gadis Pemetik Teh

Kabut tipis melayang-layang turun. Membawa serta titik-titik embun sedingin es, membelai pipi merah merona Sang Gadis. Anak-anak rambut beriak-riak kemayu, menepis belaian angin nakal. Menepis, namun memanggil menggoda. Ujung-ujung jemari menyentuh pucuk daun teh. Menimbang-nimbang, memilih-milih, dan akhirnya memetik pucuk hijau itu.

Kabut tipis melayang-layang, membungkus pinggul penuh Sang Gadis. Memainkan ujung-ujung kain lalu menyingkapnya. Betis padi seputih susu mengintip, menerawang lapis tipis batik penghalang. Kebun terbentang luas, menjanjikan wangi pucuk-pucuk teh. Hijau tertata dalam baris-baris rapi bak permadani para dewata. Ujung-ujung jari terlatih gemulai, melempar pucuk teh dalam bakul bak penari melempar sampur.

Kabut tipis melayang-layang, menyentuh bibir nan merekah penuh. Mencoba mencumbu sudut-sudut merah delima, agar senyum mengembang menyambut kekasih. Senandung lirih merayu menggoda, memuja pucuk-pucuk teh sumber penghidupan. Sepi, sepi, sepi kebun ini. Bukan masa petik ini, hanya kamuflase, hanya penghilang kerinduan. Tak kunjung tibakah sang pujaan hati?

Kabut tipis telah sirna, menguap, mengasap, pergi meninggalkan kehangatan. Mentari meninggi, mengangkangi caping bambu Sang Gadis. Kemanakah kekasih hati? Mengapa tak kunjung tiba? Pemuda kota yang menawan hatinya, memenjarakan cintanya, dan membelenggu sukmanya. Langkah Sang Gadis lunglai, tak setinggi ini mentari mestinya. Ketika kabut masih melayang seharusnya. Ketika sejuk masih menetesi hatinya layaknya.

Gontai betis padi melangkah pergi. Menyeruak rimbun pokok-pokok teh, menghapusi matanya yang berembun. Janji telah diingkari, hati telah disakiti, cinta putih telah ternodai. Pemuda Kota yang pandai berkata-kata bak pujangga. Yang sentuhan tangannya menggetarkan jiwa, yang senyumnya menggoyahkan kalbu. Tak mau datang lagi. Ahai, Sang Gadis, semudah itu kau terperangkap?

Gemetar betis padi menghentikah langkah. Sayup terdengar desah-desah penuh gairah. Lamat angin mengantarkan gemerisik daun-daun. Batik kain Sang Gadis kembali dimainkan angin, tersingkap betis putih susu yang kini menggigil. Menerawang lapis tipis. Pipi merona…. tidak, membara! Mata pedih bak ditusuk ribuan jarum. Hati merintih tergores pisau penuh karat. Melihat pemuda kota kekasih hati, mencumbu gadis  pemetik teh sahabatnya di antara pokok-pokok teh kehidupan! Habis sudah!

Iseng Aja · Tak Enak

Bunting

Pada suatu pagi kudapati ban belakang Xenita kempes pes, abis bis! Waduh, mana aku di rumah seorang diri, buru-buru mo ngantor lagi. Maka segera kupanggil Pak Satpam dan kuminta ganti dengan ban cadangan. Setelah itu berangkat. Keluar tol Cikarang segera kucari tambal ban terdekat. Dan terjadilah percakapan ini.

Tukang tambal : Wah, ini ban bocor kecil-kecil, Teh. Kawatnya udah pada keluar.

Aku                : Wah, kok bisa gitu, Bang? Masih bisa ditambal gak?

Tukang tambal : Susah sih, tuh liat gelembung-gelembung air, ini bocor kecil-kecil. Bannya juga udah nggelembung. Kalo istilah kita ini ban udah “bunting”

Aku (kaget)    : Waks! Bunting? Waduh, sumpah Bang, bukan suami saya yang mbuntingin, lho!

Tukang tambal : $@^&^(*&)(@)(*&&^$%%$@&

 

Catatan: Percakapan ini benar terjadi, dan si tukang tambal ban ketawa ampek kepingkel-pingkel :mrgreen:

Padahal kan garing yak? 😦