Hujan masih cukup rinai. Pesawat masih satu jam delay. Awan-awan hitam menggantung rendah, tak menjanjikan cerah dalam sekejap. Sebentar-sebentar sahabatku mengusap matanya yang gerimis. Sebentar-sebentar kekasihnya mengusap lembut dan mengecup keningnya. Dan sebentar-sebentar kuembuskan asap sigaret dari hidungku. Ini sigaret yang keempat, yang akan kusisakan panjang puntungnya lalu mengambil yang kelima.
Kucoba tak menyaksikan adegan itu. Jantungku serasa terimpit, hatiku serasa menipis. Menyaksikan sahabatku bermesra dengan kekasihnya. Tapi ini permintaan sahabatku, untuk mendampinginya melepas kekasihnya yang akan pergi melingkari separuh bumi ini. Demi masa depan mereka berdua namun demi kehancuranku. Napasku tersengal, tersedak asap yang menggulung di kerongkongan. Kutinggalkan mereka sejenak. Kutata serakan hati dan jantungku. Dan kuisap sigaret yang kelima.
Rinai melembut. Suara merdu dari pengeras suara membuatku kembali mendekat. Sahabatku sedang memeluk kekasihnya. Kekasihnya sedang mendekap sahabatku. Lalu kekasihnya mendekat padaku, menepuk bahuku. Bro, kutitipkan dia padamu. Hanya kau yang kupercaya menjaganya selama aku pergi. Dia berucap. Aku hanya mengangguk, tersenyum dan menyalaminya. Mengucapkan selamat jalan dan semoga menemukan cinta baru di sana. Tentu saja dalam hati. Kuisap sigaret yang keenam.
Sahabatku melambaikan tangannya. Ingin kumendekapnya. Ingin kumenghiburnya. Ingin kukatakan masih ada aku untukmu, Namun hanya kugamit lembut lengannya. Dia menoleh, tersenyum samar dan menghapus embun di matanya. Maafkan aku. Ucapnya. Mengapa kau begitu banyak merokok? Tegurnya ketika kuambil sigaret ketujuh. Aku hanya mengangkat bahu lalu mengajaknya pergi. Kuselipkan sigaret itu di bibirku namun tak kunyalakan. Sahabatku benci bau asap.
Gerimis masih ada. Setia pada awan. Sahabatku mendongak ke atas berharap dapat melihat kekasihnya di antara awan-awan. Setahun dia akan berpisah. Setahun aku punya kesempatan. Namun dia seperti rembulan. Begitu cantik, begitu nyata, begitu dekat namun tak teraih, tak tersentuh. Gadis Rembulanku, sahabatku. Aku cinta padamu. Kusiapkan sigaret kedelapan dan masih tak kunyalakan.
______________________________________________________________________________________
Horeee….. ikutan memperebutkan novel terbarunya Yessi Greena “Seperti Janji Kita”.
Wish me luck š
Pokoke nek bongso kon ndobos, aku mesti melu š³
(klarifikasi sebelon dikomentari Mastein)
kontes yah bu piet?
LAGI?
š
hahahahahha. sukses yah bu piet buat kontesnya
š
wah mantaf ini mba, š
sukses yah
salam hangat, bangauputih ^_^
ane doakan deh.. semoga sukses kontesnya š
Good luck ya mbak, ikut mendoakan saja kok gak ikutan š
Permainan katanya bagus. Harus belajar lagi nih kalo ingin jadi kompetitor. š
Selamat pagi & salam kenal. Maaf baru pertama datang. *Nyesel*
apik nduk ndobosmu.
Aku pengin ndobos juga ach siapa tahu dapat buku.
Salam hangat dari Surabaya
Terima Kasih Mbak Choco untuk kehadirannya di 1rst anniversary rumah maya saya, silahkan cinderamata diambil disana untuk dibawa pulang, salam hangat, I love You Friends sudah menceriakan hari saya
Sigaret kedelapan š
Semoga Menang Mbak š
ini sudah pasti dapet novelnya… hu huiiiiiiiii
Ndobosnya apik, mbak. Ayo bikin novel sendiri aja š
waahh bagusnyaa.. sukses ya mbak kontesnya.. saya juga pengen ikutan hehe..
Cerita-nya mba Choco selalu menakjubkan.. Gudlak ya mba š
kedelapan? jangan terlalu banyak merokok, ah :p heheheh
makasi untuk partisipanya ya š sudah dicatatkan sebagai peserta š
wow.. kerennn bangettt.
sukses ya mbak
salam kenal.
ayoo.. banyak kemungkinan buat mendapatkan hati sahabatmu..hehe
tp tetep gak bisa yah..susahnya..
sukses ya kuisnya, aku jg ikutan loh š
Ke tkp ah, rupanya Yessi bikin kompetisi ya… Gudlak, Mbak. Seperti kata Mbak Wiwik: ndobose apik. š