Malam sudah semakin larut, tapi kantuk tak juga mau datang. Sementara gerimis di luar sana membuat hatiku ikut bergerimis. Bagaimana tidak, esok Budhe tercinta berulang tahun. Dan tak tahu aku hadiah apa mesti kuberikan. Lagi -lagi aku menyesali isi dalam dompetku yang hanya tinggal selembar seratus ribuan, selembar lima puluh ribuan, dan receh-receh yang bila dijumlah tak sampai lima puluh ribu. Ah, padahal aku tahu sekali Budhe sangat mendambakan satu set alat rajut yang pernah dilihatnya saat kuajak ke toko Cina beberapa minggu lalu.
Ketukan di pintu membuatku bangkit dari tempat tidurku.
“Eh, ada apa, Budhe? Belum tidur?” Tanyaku heran melihat Budhe di ambang pintu.
“Budhe gak bisa tidur, Le. Mau menemani Budhe minum teh?”
Dengan keheranan aku mengangguk dan mengikuti Budhe ke dapur. Kuperhatikan saat Budhe menyedu teh hangat untuk kami berdua. Betapa sudah sepuh Budhe tercintaku ini. Sejak kelas empat SD hingga bekerja begini aku memang ikut Budhe karena orang tuaku sudah tak ada. Budhe sudah kuanggap sebagai Ibuku sendiri.
“Minumlah, Le,” kata Budhe sembari menyuguhkan segera teh hangat untukku. Kuhirup teh manis yang selalu melegakan jika Budhe yang membuatnya.
“Maaf yo, Le, Budhe membangunkanmu tengah malam begini. Ah, tadi Budhe sudah tertidur tapi …..” Budhe tak melanjutkan perkataannya malah menghapus titik air mata di pipinya. Aku jadi bingung.
“Tapi apa, Budhe?”
“Tiba-tiba Pakdhemu datang, Le. Rasanya seperti nyata, dia…dia mengusap kening Budhe,” tangis Budhe. Aku terkejut. Pakdhe memang sudah berpulang belasan tahun lalu. Mengapa sekarang tiba-tiba Budhe memimpikannya?
“Trus Pakdhe bilang apa?”
“Gak bilang apa-apa. Budhe kangen, Le, pengen nyekar ke kampung,” lanjut Budhe. Aku memeluk Budhe yang Ibuku ini. Budhe menumpahkan segala pilunya.
“Hari Sabtu nanti, kita pulang, Bu. Mau? Kita nyekar Pakdhe sekalian Bapak Ibu. Aku juga merindukan mereka.”
“Tapi… warung Budhe lagi sepi, Le. Ndak cukup nanti buat pulang,” bisik Budhe. Aku tersenyum.
“Budhe tenang saja, Insya Allah Jumat nanti aku gajian. Hadiah dariku, Bu.”
“Hadiah?” Budhe terheran-heran. Aku memang belum pernah memberikan Budhe hadiah, karena tak pernah cukup gajiku jadi karyawan magang begini.
“Besok Budhe kan ulang tahun? Ini hadiah dariku ya, Bu?”
Budhe memelukku bahagia. Gaji bulan kedua ini akan kupersembahkan untuk Budhe tercinta. Selamat ulang tahun, Budhe.
************************
Horeeeee….ikutan kontes lagi. Moga-moga lom telaaat….
Waaa, ternyata sudah telat. Kontes sudah ditutup π₯
Si Boss sih gangguin mulu, wong lagi terbirit-birit malah ngasih kerjaan dadakan huwaaaa….
Aniwei, selamat ulang tahun Budhee……semoga panjang umur, sehat selalu dan selalu sabar dan setia dalam mendampingi Pakdee π
telat ya mbak π aku aja tadi sambil nenenin alvin hehehe oops sensor ah
huaaa. terlambat, ga bisa ikutan #nangisglundungan…
sukses ya mbak choco kontesnya
hihihi…samaan bu Choco, aku smp telat meeting tadi gara2 nulis. tapi ga tau deh msh diterima Pakdhe atw ngga cerminnya π¦
Selamat ulang tahun buat budhe… π
Saya juga telat ndaftarnya π
Aku turut berduka cita atas kegagalanmu nontes, Mbak π
Aku nggak ikutan yang ini.. Bukan telat lagi, emang nggak mbaca..hahaha..
Lain kali kalo mau ngontes, si bos di kerangkeng dulu, mbak.. π
horeeee telaatttt..
kejebak macet di mana bu??? qkqkqkq
ga pa pa telat, yg penting ceritanya bagus, dan tentunya sangat membahagian pakdh & budhe,
daripada saya yang ga ikut sama skali… qkqkqk
Kok belakangan ceritanya bertema sesepuh ya?
yah mendingan telat Mba..
dari pada aku ga bisa posting..hiks..
selamat ulang tahun buat budhe..
wah sayang yach mbak…ceritanya bagus padahal…kayaknya banyak yg telat posting yach hehehe…….waktunya cuma sejam sech….aku juga smpe kantor jam 9.30…makanya ngga bisa ikutan hehehe…
waktu kontes ini berlangsung Ngai lg main layangan,
padahal harusnya Ngai bisa ikut, bikin cerita tentang Budhe Choco.. π
bude memang ahlinya fiksi.
mau didesak waktu kayak gmn, fiksinya tetap aja bagus.
Saleum,
Gak apa deh telat kali ini, semoga besok gak telat lagi mbak, π
Aku berharap acaranya malam supaya bisa ikut, memang dasar nggak jodoh ya
Pak de emang punya ide yg hebat
Selamat ultah buat bude Ipung
Wah bener-bener cerita yang mengharukan. Tapi hadiah yang paling berharga adalah hadiah yang mana orang yang kita beri hadiah benar-benar membutuhkannya.
hiks..hikss
semua blog yang nulis ttg hadiah utk budheku
bikin nangis…
nice gan…
berknjung sambil ikutan menyimak nih …
salam kenal aja … π
Budhe terharu membacanya
Hadiah yang tak ternilai harganya
Salam hangat dari Surabaya
ditambah foto lebih apik kayaknya π semoga menang mbak π
salam hangat dari Madura