Duluuuu sekali aku adalah seorang anak manis, dalam artian anak yang penurut, tidak pernah melawan orang tua, meski sempat dibilang judes ketika kecil tetep aja anak manis 😀 Yeah, jika sewaktu SMP pernah dipanggil guru gara-gara iseng di kelas, atau ketika SMA pernah membuat guru matematika menangis, tetap saja aku berstatus anak manis hahahaha 😛
Tapi terbukti, kok! Ketika almarhum Papa tidak menyetujui pilihan teman hidupku, aku menurut meski tentu saja sudah ada cadangan dulu, dooong Mungkin mulai dianggap tidak manis ketika teman pilihan hidup kedua kuajukan. Beda agama, budaya, suku bangsa, tapiii Papa merestui, kok. Berarti aku tetap anak manis, yaah at least di depan Papa. Duh, aku rindu sekali padamu, Pa
Selain Papa selalu menganggapku anak manis, beliaulah tempat aku bertanya tentang politik dan perkembangan kepemimpinan di Indonesia. Beliaulah kiblatku 😦
Sekarang, kembali aku menjadi anak tidak manis, ketika pilihan capresku berbeda dari yang lain 😀 Ketika keluargaku, sahabat-sahabatku, teman-teman kantorku, bersatupadu mendukung capres mereka, aku punya pilihan sendiri 😛 Bahkan kekasihku dengan semena-mena menyebutku domba yang sesat karena tidak mengikuti gembalanya Lha, kepriben, wong aku gak sreg, jeh! Padahal sejak pertamakali boleh memilih, aku tak pernah lepas dari partai yang mendukung capres itu. Meski dulu Papa harus dan wajib memilih partai yang ono 😆 Namun, sejak 10 th lalu, aku pindah ke lain hati. Boleh dong, karena aku sudah tidak punya kepercayaan lagi dengan mereka. Dan jika kini aku berpindah lagi ke lain hati, sah-sah saja, kan?
Banyak usaha dari mereka untuk “membuka mataku” bahwa pilihanku salah, dengan segala cara yang tentunya menurutku termasuk kampanye hitam lah yaa Menyebarluaskan berita-berita hitam yang isinya ternyata memuat opini pribadi alias tidak ada landasannya sama saja dengan kampanye hitam. Bahkan ada yang dengan teganya mengatakan bahwa aku sudah dicuci otak! Waa, kejaaammm, memangnya kalo berbeda, kalau aneh sendiri itu berarti otakku sudah dicuci? (sik, tadi sih masih kujemur 😆 ) Bagiku, yang sudah terbiasa hidup dalam perbedaan, adalah tidak aneh mempunyai pendirian yang berbeda. Apalagi sebagai orang dewasa yang sudah bisa memilih dan ujungnya akan menanggung segala akibat yang timbul, tidak boleh dipaksa untuk mengikuti yang lain.
Jadi, sahabat-sahabatku, ini cuma pilpres lho, masa iya tega sih persahabatan yang kita bangun sejak masih janin (lebaaayy qiqiqi…) bisa merenggang? Siapapun yang nanti terpilih, itu berarti yang terbaik karena pilihan mayoritas rakyat Indonesia. Jadi gak usah ngotot, menjelek-jelekkan (terutama fisik dan bukan visi misi), apalagi sampai memfitnah. Secara pribadi, aku kasihan lho pada kedua capres ini. Mereka sudah wanti-wanti untuk tidak melakukan kampanye hitam, tapi timses dan para simpatisannya malah melakukannya 😦
Siapapun nanti yang akan memimpin bangsa ini, berarti sudah pilihan Tuhan juga, karena apa yang akan terjadi pada negri ini sudah disuratkan oleh yang Maha Kuasa. Maka, mari berhenti menjelek-jelekkan, mengritik itu berbeda dengan menjelekkan, semua makhluk cerdas di bumi Indonesia ini harus bisa membedakannya. Mari duduk berdampingan, menikmati pesta demokrasi ini dengan sukacita, hentikan permusuhan dan gontok-gontokan. Adu argumen boleh, adu mengamati visi misi ya monggo, tapi tanpa berkata-kata kasar. Tetaplah santun dalam berujar, karena kita adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Jangan kita yang cerdas ini, dengan jabatan-jabatan prestis, tetapi masih berkata-kata dan berperilaku seperti preman pasar. Jika kita siap berdemokrasi, berarti kita siap menerima segala keputusan. Para saudara bersatulah, para sahabat ayo bergandengan tangan kembali. Jadikan perbedaan itu sebagai wawasan untuk memperkaya ilmu dan bukan sebagai anomali. Seribu teman itu terlalu sedikit, namun satu orang musuh itu sudah terlalu banyak.
Rroooaaaarrrr…. Salam Indonesia Bangkit! #eh,keceplosan
hahaha keceplosannya jadi clue ya mbak
Eeeh aku sampe googling cluenya loooh hihihi. Ternyata pilihan kita sama.
hayoh mbak, aku nganti bingung iki wong2 ngopo kok yo podo padu dewe2. Tapi kalu diliat2 ya wajar wong calonnya cuman dua pasang, jelas siapa yang musti diserang. hehehe… apapun pilian kita tetep woles lah aku mbak ^^… kita masih temenan kannn? kakakakaka
Mbak Pipiiit…yuhuuu….(sok kenal sok ikrib) lam kenal ya…aku nyasar ke blog ini bbrp hr lalu waktu googling rumah sunatan bistu langsung tersepona ama gaya tulisan2nya, lanjut deh obrak-abrik baca postingan2nya…dan kesimpulannyaaa aku ngefans ama tulisannya..bagus banget mbak. Sukkaa banget ama cerita duo M, surti, yu minah…ttg kesehariannya, ttg guanteng dan cantik, ttg keluarganya yg beraneka suku dan agama tapi tetep kompak
Aku masih galau nih buCho *halah* qiqiqiqi
anomali bagian dari kehidupan ya Jeng, smoga aman…aman…aman