Dongeng insomnia · Iseng Aja · Serial Yu Minah

Jual BB

image

Selama bulan puasa ini, Yu Minah hanya buka sore hari sekitar jam empat. Di hari Sabtu atau Minggu ramainyaa minta ampun. Mending aku gak beli daripada harus berebut antrian sama ibu-ibu. Terlebih jika melihat Yu Minah dengan goyang ulekannya, hih mending gak, deh! Takut sama “tetesan-tetesannya” 😅

Nah, sore ini kebetulan aku pulang cepat dan langsung bertengger di warung Yu Minah.

“Tumben sepi, Yu?” tanyaku setelah mengucap salam dan duduk di bangku favorit.

“Sampeyan beruntung, Jeng. Sebentar lagi ndak bakal kebagian, lho,” sahutnya. Hih, sombongnyaaa. Tapi betul sih, apa yang dikatakannya. “Ini pesennya biasa, Jeng?”

“Iyaa, rujak ulek pedes tapi gak banget.”

Bosan melihat ketangkasan Yu Minah mengolah sambal dan mengiris buah yang bak pesilat memainkan jurus “Pedang Sakti Pembelah Langit dan Penggerus Bumi”, aku melihat sekeliling.

Mataku tertumbuk pada sebuah kardus dengan isi yang nyaris tumpah. Botol-botol bekas, bekas bungkus makanan lalu kaleng-kaleng entah bekas apa. Terheran-heran aku menjulurkan leher agar bisa melihat lebih jelas.

“Yu, sampeyan punya kerja sambilan?”

“Hah? Yo ndaklah, Jeng. Keahlian saya ya cuma bikin rujak, ” sahutnya heran. Nanas itu sungguh nyaris lumat dalam pisau saktinya. “Memangnya kenapa?”

“Itu ngumpulin barang bekas? Kukira nyambi jadi pemulung hihihihi ….”

“Sampeyan iniii. Itu kan, idenya Bu RT buat ngumpulin barang bekas, Jeng. Lalu nanti setiap bulan dikumpulkan dan dijual. Uangnya masuk kas buat tambah-tambah biaya piknik RT. Gituuu ….”

“Ooo, dijual ke mana, Yu?”

“Ndak tahu. Sepertinya Bu RT sudah punya langganan pemulung yang suka mbawa gerobak itu.” Yu Minah sudah mulai membungkus rujakku.

“Kalau aku, Yu, gak bakalan mau.”

“Lho, kenapa? Hasilnya lumayan, lho, Jeng! Ditambah lagi, tempat sampah di luar jadi ndak diaduk-aduk pemulung.”

“Nah! Itu … itu kenapa aku gak mau!” ujarku sembari mencari-cari uang pas dalam dompet. “Itu namanya sampeyan menutup rejeki orang, Yuu!”

“Kok nutup rejeki, to? Ah, sampeyan ini aneh!”

“Gini, lho, Yuu. Kalau sampeyan buang barang-barang bekas itu ke tempat sampah, tentu akan menjadi rejeki buat pemulung. Lha kalo dijual, iya sih, mungkin sama-sama ke pemulung yang “bermodal”, mereka yang hidupnya dari mengais sampah tentu gak bisa mendapat jatah. Sementara apalah artinya receh itu buat ibu-ibu kompleks, apalagi pengusaha sukses macam sampeyan ini.”

Yu Minah terdiam, bahkan sepertinya tidak sadar dengan sindiranku 😆

“Iya ya, Jeng. Kasihan juga mereka yang tiap hari mengais sampah lalu ndak menemukan barang yang mereka harapkan. Kok tumben sampeyan bijak banget gini, Jeng? Pasti pengaruh bualan puasa, ya?” Sial! 😬

“Ehh, tapiii … nanti sampahnya berantakan lagi, Jeng!” Ujarnya lagi sembari mengangsurkan rujak padaku.

“Halah, Yuuu … ya tinggal disapu, itung-itung olah raga biar langsingan dikit gitu, lhooo …!”

“Wheladhalaaahhh, Jeeeeng, lha wong ngulek saja kan, sudah olah ragaaaa!”

😆

5 tanggapan untuk “Jual BB

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s