Dongeng insomnia · Iseng Aja · Nimbrung Mikir · Serial Yu Minah

YM: Kura-kura & Covid-19

Siang tadi aku menyambangi warung Yu Minah. Malas sebetulnya, apalagi dengan kondisi saat ini yang seharusnya di rumah aja, gak ke mana-mana. Tapi ngantuk yang tak tertahankan membuatku melangkah juga. Kok gak tidur aja? Gini, Kawan, sebisa mungkin kuhindari tidur siang. Sebab tidur siang membuatku mimpi buruk, disorientasi, dan mumet ketika bangun. Ngeselin yah? (Jelas pencitraan, wong hari Minggu kemarin tidurku pules biyanget :mrgreen: )

Sesampai warung Yu Minah kudapati hal yang agak aneh. Kursi favoritku diletakkan jauh dari “meja kerja” Yu Minah. Begitu juga kursi-kursi tunggu yang lain diatur berjauhan. Belum sempat menyerukan salam, Yu Minah sudah berteriak dari dalam.

“Jeengg, kok lama banget ndak ke siniii? Memangnya ndak rindu sama saya, to?” Idihh!

Sosok montok itu keluar dan aku nyaris tertawa melihat penampilannya. Daster masih bunga-bunga, tapi wajahnya tertutup masker dan face shield seperti buatan sendiri.

“Sampeyan duduk situ, Jeng, jauhan dikit. Sosial distensing, kata Pak RW!” Ish, kemayu banget! Aku segera duduk di kursi favorit.

“Rujak satu, Yu, puedess!” kataku ketus sambil menyambar koran langganan Yu Minah, Mbogor Minggir Dikit Pos.

“Tumben minta pedes, Jeng? Ehh, saya pake gini biar aman yo, Jeng,” ujarnya. Aku hanya berdehem Sesungguhnya aku bersyukur, sebab mengurangi resiko muncratan Yu Minah hihihihi…

“Jeng… tau, nggak?” tanyanya berretorika sembari menggerus bumbu-bumbu dengan tenaga Thor-nya yang luar biasa. “Itu, katanya anggota DPR mau periksa corona rame-rame?”

Nahh, sebentar lagi pasti ceramah, deh! Aku masih membolak-balik halaman koran.

“Kok ndak tau malu ya, Jeng? Mestinya kan, mendahulukan rakyat, dong. Kok malah cari selamat sendiri! Memangnya dapat darimana itu rapid tesnya?” Sudah gak heran aku mendengar Yu Minah mengucapkan kata-kata asing begitu. Sejak punya ponsel canggih dari Thole, Yu Minah memang semakin cerdas dan sok tau.

“Katanya sumbangan, Yu,” sahutku asal. Pandanganku beralih ke tangan Yu Minah yang mulai memotong buah dengan jurus “Tebasan Dewi Seribu Pedang”. Baru kusadari ternyata Yu Minah juga mengenakan sarung tangan karet.

“Lho, biar sumbangan kan, mestinya untuk orang yang membutuhkan. Mereka itu ngerti ndak to, Jeng, kalo tes corona itu ya buat orang bergejala atau ada keluhan. Untuk tenaga medis yang kemungkinan besar tertular. Orang sehat ngapain dites? Keliatannya pinter tapi kok gak cerdas gitu!”

Aku mengangkat bahu,”Masa iya gak pinter, Yu. Kalo gak pinter kan, gak mungkin duduk di sana.”

“Lha nyatanya? Mana anak istri mau dites juga. Berapa itu totalnya? Sementara masih banyak orang yang perlu malah gak bisa tes. Belum lagi kalo istrinya dua. Apa mau ikut dites?”

“Kan, yang diitung istri yang sah, Yu.”

“Hiihh, mana tau? Mereka itu kan, pinter cari celah.” Yu Minah mulai membungkus rujakku.

“Tadi katanya gak pinter?”

“Yaa nganu, dalam hal tertentu pinter tapi dalam banyak hal gak pinter.” Memang Yu Minah ini mau menangnya sendiri. Aku menyiapkan uang pembayaran.

“Lagian Yu, ngapain sampeyan heboh, wong gak jadi kok tesnya,” gumamku.

“Woohhh, gak jadi to? Ya syukur deh, itu baru pinter namanyaa. Saya kira jadi hihihihihi…. tiwas emosi saya ihik…. ihik…..”

Kuserahkan uang pas untuk membayar rujaknya, “Sampeyan emang gampang emosi kok, Yu.”

“Eitss, jangan bayar pake uang, Jeng. Pakai OVO aja atau apa gitu. Kan, mengurangi resiko penularan.”

“Hahh? Saya gak punya gitu-gituan, Yu, ini adanya uang pas,” ujarku emosi. Sejak kapan Yu Minah terima uang digital?

“Lhooo, jangan emosi to, Jeng. Taruh saja uangnya di situ, wong saya juga gak ngerti OVO-OVOan gitu, kok.”

“Hah? Gimana sih, Yu? Trus ngapain tadi nyuruh bayar bayar pake OVO?”

“Yaa biar kekiniaan, kayak super market itu, Jeng, suruh bayarnya jangan pakai uang hahahahahaha….. Sampeyan ketipuuuuuu. Hahahhaha ….,” gelak Yu Minah terdengar ngeselin banget. Kuambil rujakku dengan kasar lalu pura-pura bersin di dekat Yu Minah yang refleks mundur menjauh.

“WAAAAA …. JEEEENGGGG!”

Kutoleh ke belakang. Yu Minah panik mengibaskan tangannya di udara lalu menyemprotkan entah apa ke segala penjuru. Aku tertawa menang :mrgreen:

6 tanggapan untuk “YM: Kura-kura & Covid-19

  1. Gaya penulisan ini mengingatkan saya pada salah satu blogger favorit saya. Mastein namanya. Sayang bliau lama ga up date πŸ™‚

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s