Haduh…haduuuhh…beginikah rasanya jadi Ibu untuk buah hati yang OTW ABG? Antara sedih, bingung, dan kaget. Lha, gimana cobak? Masa sekarang Jendral G, ndak mau lagi dicium!! 
Seperti biasa, setiap hendak berangkat sekolah (kebetulan Jendral G selalu berangkap pagi dengan sepedanya), aku mengantar sampai pagar. Memakaikan ranselnya dan banyak pesan dan petuah untuknya ๐ Dan seperti biasa juga, dia akan mencium tanganku dan aku mencium kedua pipinya juga dahinya. Tapiiiii, pada suatu pagiiiii, setelah memberi salam, dia memalingkan wajahnya.
“NO KISS!” Begitu katanya. Huwaaaaa……
Apa yang terjadi??
“Kenapa, Kakak?”
“Kakak udah gede, Bundaaa, maluu.”
“Kok malu? Kan gak ada yang lihat? Emang ada yang ngatain Kakak?”
“Adaaaaa….waktu Bunda antar Kakak ke sekolah yang mau ke Trans Studio, Bunda cium Kakak kan, waktu Kakak antri masuk bis? Naahhh, Kakak diledekin sama temen-temen?”
Aku segera mengingat-ingat. Oh iyaa, waktu itu karena aku sibuk cari parkir, anak-anak aku turunkan di gerbang sekolah. Dan tentu saja belum sempat salam dan cium. Begitu dapat parkir aku segera menyusul, tepat ketika mereka sedang berbaris menuju bis. Aku sempat mencium Jendral G dan Cantik.
“Memangnya teman Kakak bilang apa?”
“Yeee, G, masih dikecup (lucu yaa bahasanya) sama Mamanya, gittuuuu. Kakak maluuuu.”
“Ahh, mereka kan ngeledek doang, coba tanya aja sama Mama mereka, pasti dicium juga kok,” ujarku membela diri.
“Ahh Bundaaa, pokoknya Kakak udah gede, gak usah dicium lagiiii.”
Ya ampuuun ๐ฆ Padahal, belum ada setahun lalu, ketika Jendral G masih belum mau pakai baju sendiri, masih bobok dengan memegang perutku, pernah aku bertanya.
“Duhh, Kakaak, mau sampai kapan dipakaikan baju sama Bunda?”
“Sampai tuaaa,” katanya.
Lalu, pada suatu waktu, belum ada setahun juga, aku pernah mengajukan pertanyaan senada.
“Kakaak, mau sampai kapan nih bobok sama Bundaa?”
“Sampai umur delapan belas, Bundaaa.”
Nyatanya? Sekarang gak mau lagi dicium. Bahkan, jika jalan di mal gak mau lagi kugandeng. Pernah sekali waktu kugandeng, dia pura-pura mau liat jam.
“Yeee, Kakak pura-pura yaa, biar Bunda lepasin gandengannya?”
Dia pun nyengir malu. Helloowww? Ke manakah anak lelaki kecilku dulu? Ke manakah Jendral kecilku, yang ke mana-mana maunya pakai jaket tentara? 
Baiklah, tentu semua ada masanya ya. Sekarang menuju ke fase yang lebih besar, Jendral G mulai sedikit demi sedikit melepaskan ketergantungannya padaku. Meski tetap belum bisa pakai dasi, setidaknya sudah bisa memakai baju dan celana sendiri. Meski masih belum malu telanjang keluar dari kamar mandi, dia sudah berusaha tidak menunjukkan ke”anak-mami”annya di depan umum ๐
Sekarang, meski masih ogah-ogahan, Jendral G sudah mau dicium, asalkan tidak lagi di pagar hahahaha….
Tumbuhlah dewasa, Anakku. Tumbuhlah dengan sempurna, hadapilah dunia dengan berani dan gagah. Ucapkan selamat tinggal pada masa kanak-kanakmu dan biarkan menjadi kenangan indah untuk kembali kau ceritakan pada anak-anakmu kelak.
Ingatlah satu pesan Bunda, bahwa selamanya kau akan menjadi “anak-anak” untuk Bunda. Namamu akan selalu Bunda sebut dalam setiap doa Bunda. Bunda akan selalu ada untukmu, kapanpun kau butuhkan, selama nafas ini masih berembus 
