Libur sekolah tahun ini sudah diawali dengan liburan duluan dan sekarang ditutup dengan liburan lagi. Jadi libur kemaren gak ke mana-mana π Penutupan liburan kali ini seru ‘coz bareng-bareng seluruh keluarga minus Om Dewo yang lagi dinas luwar π¦
Tujuan libur ini sekali lagi ke Kampung Pa’go, dan kali ini berhasil mendapatkan kamar yang diinginkan, horeeee…. nanti di post terpisah ya. Sekarang mo ngomel-ngomel dulu aahh….
Gini Kawan, ceritanya kami mo ke Kawah Putih Ciwidey yang indah itu. ‘Coz kakak dan adikku lom pernah ke sana. Oya, kami rombongan ada tiga mobil, mobilku berisi kekasihku, aku dan papaku. Sementara kedua malikatku ikut kakakku, dan terakhir mobil adikku with my Mom. Kebetulan kami yang terdepan ‘coz yang tau jalan. Nah, saat beli tiket itulah kejutannya tiba.
Kau tahu, Kawan? (engggaaaaakkkk!!!) Tahun lalu saat kami datang ke sini harga tiket gak sampe 50 rb kami berempat plus mobil. Tapi sekarang?? Satu mobil dengan tiga penumpang Rp. 195,000! Gila gak? Maka terjadilah percakapan antara aku (emak-emak yang suka berhitung) dan si penjuwal tiket.
AkuΒ Β Β Β Β Β : Lho, kok mahal amat, Pak? Ini rinciannya gimana?
(sambil mengeluarkan uang 200 ribu dengan tidak ikhlas)
Petugas : Iya, Bu, tiket per orang Rp. 15,000 tapi untuk mobil Rp. 150,000
AkuΒ Β Β Β Β Β Β Β : Apaaa??? Tahun lalu aja saya ke sini gak nyampe 50 rb lho!
PetugasΒ : Sudah naik sejak Pebruari maren, Bu.
(sambil dengan sigap mengambil 2 lembaran merahku)
AkuΒ Β Β Β Β Β Β Β Β : Walaah, ini sih gak sopan! Masak mobil aja mesti bayar 150 rb?
(si petugas menyerahkan kuitansi dan kembalian)
PetugasΒ : Kalo Ibu mau, parkir di sebelah aja trus naik angkutan ke atas. Hanya 25,ooo per orang.
Aku melihat kuitansi yang diberikan. Lho? Kok cuma kuitansi biasa dengan tulisan tangan ya? Mestinya kan kayak taun lalu dengan tiket resmi yang sudah tertulis tarifnya dan warna kertas biru ato merah gitu dengan kop perhutani ato apalah.
Kontan otakku yang cerdas ini segera berpikir. Kami ada 3 mobil dengan 13 orang. Berarti mesti bayar Rp. 450,000 untuk mobil dan Rp. 195,000 untuk orangnya. Total jendral (kok gak mayor aja ya?) Rp. 645,000. Ohhh, tidaaaakkk!!! Ini kan sudah bisa beli berapa stel baju di FO nanti! Maka aku segera menelpon yang lain dan mereka juga kesal. Akhirnya kucolek lag si petugas loket.
AkuΒ Β Β Β Β Β : Pak, kalo batal aja boleh gak? Saya mo batal aja deh!
Petugas : Oh, gak papa, Bu.
Dan dia pun memberikan uangku kembali. Syukurlah masih bisa kembali. Kalo maksa mo pake angkutan yang disediakan, wah bisa jam berapa tiba di atas? Lom lagi nanti pulangnya pasti berebutan gak karuan. Kasihan anak-anak nanti. Pantesan dari tadi aku heran, kok banyak banget mobil pribadi yang diparkir di bawah. Biasanya itu untuk bus, mobil langsung naik.
Sepanjang jalan aku ngomel aja. Kok pemda gitu sih? Klo nyuruh naik angkutan tapi angkutannya bagus sih gak papa. Dan terjamin pada saat turun nanti. Lha ini? Ada sih aku liat 2 angkutan baru, tapi antriannya panjang. Kalo gini caranya mah bakalan ditinggalin pengunjung, terutama orang segan untuk datang yang kedua ato ketiga kalinya. Masa tarif mobil 150,000 dah kayak nyewa mobil sendiri aja! Aku yakin ini kerjasama dengan para angkutan itu. Wong kuitansinya aja gak resmi, tulisan tangan dowang. Huh, menyebalkan! Untung aku dah pernah ke sana jadi gak terlalu minat lagi.
So, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Patengan yang lebih ramah dan menjanjikan pemandangan yang eksotis.
To be continued…..

