Iseng Aja · Tak Enak

Lebih Baik Sakit Gigi daripada Sakit Hati…

Waaah, aku gak setuju ama lagunya Pak Megi Z ini (eh, beliau dah almarhum yak?).

daripada sakit hati
lebih baik sakit gigi ini
biar tak mengapa

Barangkali Pak Megi Z, bungsu dari 26 bersaudara ini belum pernah merasakan sakit gigi. Kalo aku Kawan, lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Kalo sakit hati, lebih mudah untuk menghibur diri sendiri. Cukup dengan makan enak, jalan ke mall, ato ke salon, ato ke gramedia, ato sekedar menikmati segelas choco forest sambil mengusap cucuran air mata. Pokoke yang enak-enaklah. Ato klo lagi sakit hati banget trus males ke mana-mana, nikmati saja sebatang coklat lezat sambil nonton film yang menguras air mata (maksude biar tersamar air mata sakit hatinya).Β  Ato yang paling ekstrim ya telungkup di tempat tidur lalu menangis ato teriak sepuas-puasnya ampek lega. Banyak cara untuk melampiaskan sakit hati.

Tapi kalo sakit gigi??? Oooohhh, jangankan menangis, bernafas aja senut-senut. Apalagi buat makan, huwaaaa….. sakiiit!!! Mau coklat dari Swiss ato bakso Pak Kumis, tak bakal digubris! Mengatasi sakit gigi tak semudah mengatasi sakit hati. Dan inilah yang sekarang kuderita, Kawan. Gigiku sakit banget! Emang sih sedang perawatan syaraf, tapi sudah berapa kali hari Jumat aku gak kontrol. Dokter gigiku yang cantik itu hanya ada Jumat siang. Sementara sudah berapa kali hari Jumat aku disibukkan dengan dead line, meeting. Bahkan Jumat ini yang kujadualkan ketemu dokter gigi, eh ternyata The Owner and The Big Boss sidak. Huwaaaa, dokternya skarang dah pulang. Nasib…nasib…

Maka aku mo ubah lagu Pak Megi Z, ah….

daripada sakit gigi
lebih baik sakit hati ini
biar tak mengapa

rela rela relaa aku relaakan, rela rela rela aku relaaaaa….

Kok apal to? πŸ˜€

Cintaku · Iseng Aja · Ketawa dulu

Bunda, jangan lihat!!!

Sebetulnya sih tidak senonoh untuk diceritakan, tapi lucu siiih πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€ Kepolosan Guanteng yang membanggakan sekaligus membuat tertawa.

Semalam, menjelang tidur seperti biasa kekasihku berganti celana bobok. Aku sedang menonton TV dan Guanteng sedang iseng bermain dengan pistolnya. Tiba-tiba Guanteng berseru, “Bundaaa, jangan liat Ayah lagi ganti celana.” Aku tentu saja tertawa, yang tadinya gak liat malah jadi nengok. Guanteng menasehati Ayahnya, “Ayah, aurat laki-laki itu kan dari pinggang ke bawah sampai atas lutut. Kok Ayah gak ditutup, kan ada Bunda!”

Tentu saja aku dan kekasihku ketawa ngakak. “Oalah, Naaak, Nak, kalo Bunda gak liat ya kamu gak kan terbit!”Β  ujarku. “Hush! Ra nggenah!” Suamiku langsung menegurku. Guanteng tentu saja tak mengerti. “Bunda jangan liat ya, kalo Ayah lagi ganti celana,” katanya. Sambil masih mengikik geli aku iyakan.

Oh, polosnya cintaku ini. Tapi aku bangga karenanya. Dia sudah memahami mana yang boleh dipertontonkan dan mana yang tidak. Semoga hingga dewasa kelak dia akan mempertahankan keyakinannya itu. I love u, Naak…. πŸ˜€

Iseng Aja · Nimbrung Mikir · Tak Enak

Cicak Vs Kecoak

Kok bukan cicak vs buaya? Hush, gak ikut-ikutan, ah! Gak mudeng hihihihi……

Tadinya kupikir ketakutan akan kecoax pada kedua malaikatku diturunkan secara genetik dariku. Halah! Lha iya, wong aku takut banget sama makhluk berwajah kayak penjahat itu. Pernah Cantik berteriak histeris gara-gara ada kecoax melintas di depannya. Bahkan Ganteng trauma makan di resto Amigos gara-gara ada kecoax jalan-jalan di halaman. Sementara Ibundaku juga takut ma kecoax, lalu kakakku dan adikku. So kupikir ini diturunkan.

Tapi setelah kupikir-pikir kembali, rasanya gak juga. Ketakutan pada kecoax ini lebih disebabkan ‘coz sejak kecil kita gak pernah dikenalkan pada makhluk mengerikan ini. Trus apa hubungannya dengan cicak? Oh, ada, Kawan! Aku juga takut cicak, tapi aku gak kan lari terbirit-birit liat cicak di dinding. Aku takut kalo cicak itu iseng colek-colek misalnya. Beda dengan kecoax, baru ngeliat antenenya aja dah kabur sejauh-jauhnya. Sekali lagi, why???

‘Coz sejak kecil kita sudah akrab dengan cicak. Coba kau ingat-ingat, Kawan. Bahkan sejak kau belum mengerti apa itu cicak sudah sering dinyanyikan lagu “Cicak” kan?

Cicak-cicak di dinding

Diam-diam merayap

Datang seekor nyamuk

Hap! Lalu ditangkap

Begitu sering bukan lagu itu dinyanyikan secara turun-temurun? Sehingga ketika kita liat cicak gak ada rasa takut berlebihan. Lalu ada lagu kunang-kunang, kupu-kupu, dll. Coba kalo hal itu diterapkan pada kecoax sejak dulu, aku yakin aku pun gak kan lari terbirit-birit tiap liat kecoax. Bukan begitu? Hmm, kira-kira gimana ya lagu yang cocok wat kecoax?

Kecoax kau sungguh lucu

Walaupun sedikit bau

Karna kau tak pernah disikat

Tapi sayapmu selalu berkilat

Lalala…. lilili… lalilalili….

Halah! Senengane ngeceh-ceh pikiran. Segala kecoak dinyanyiin, tetep aja takuuuuuttt…….. Gitu kok lucu??? Haah….

(Ngopo to ribut dewe? Hihihihi……)

Iseng Aja · Mbuh Ah !

Cita-citaku

Lho, masih punya cita-cita to? Lha iya, wong cita-citaku jadi dokter lom kesampaian. Hehehe… tentu saja bukan cita-cita seperti itu, Kawan. ‘Coz yang begitu dah gak mungkin deh! Apa sih tepatnya ya, impian mungkin ato keinginan ato obsesi? Ah, apa sajalah bagiku ini tetap cita-cita yang ingin kuwujudkan.

Sederhana saja cita-citaku ini. Mungkin bagi banyak orang bukan cita-cita tapi malah dah bagian hidup sehari-hari. Iya, iya, tapi apa cita-citanya? Mbulet aja dari tadi.Β  Sederhana saja…… Halah! Diulang lagi? Ya…ya… kali ini serius.

Aku ingin punya ruangan pribadi dalam rumahku. Ruang pribadi ini akan kujadikan perpustakaan dan ruang kerja. Perpustakaan? Apa saja koleksimu? Bukankah hanya fiksi dan fiksi? Hei, jangan kau rendahkan fiksi, Kawan! Hidup ini sudah sangat berat, kalo harus membaca yang berat-berat juga bukankah menambah stress? Kau mau tau koleksiku? Memang sebagian besar fiksi, namun ada juga yang setengah fiksi, ato fiksi berlatar belakang sejarah, ato fiksi berlatar belakang kisah nyata. Yaaa tetap aja fiksi! Dengan membaca kisah-kisah ini kau akan menjelajah dunia. Kau akan lihat Paris, New York, London, bahkan Banyumas ato Papua. Itu aku tau, lalu siapa aja pengarang yang kau sukai? Oo, banyak! Dari Enid Blyton sampai Sidney Sheldon, dari Ahmad Tohari sampai Eiji Yoshikawa, dari Mira W ampek Pramoedya Ananta Toer, Alfred Hitchcock ampek JK Rowling, S Mara GD ampek Agatha Christie, banyak lagi deh! Pokoke kalo kubaca ringkasannya bagus ya pasti kubaca. Sayangnya banyak buku yang kukoleksi sejak masih SD hilang. Dipinjam tak kembali ato tercecer sewaktu pindah 😦 Sedih bukan? Padahal sebagian besar dari buku itu tak lagi mudah dicari saat ini.

Trus, cuma itu cita-citamu? Oh, gak. Kan kubilang tadi perpustakaan sekaligus ruang kerja. Ah, mau kerja apa kau? Bukankah pekerjaanmu sekarang saja sudah merepotkan? Hohoho, bukan pekerjaan yang ini, Kawan! Kalau hidupku tlah mapan, kedua malaikatku dah besar, dan ruang perpustakaanku sudah tewujud, aku akan keluar dari pekerjaanku ini. Lho, jadi buat apa ruang kerja dan perpustakaan itu? Menulis, Kawan! Menulis! Itulah cita-citaku. Wuahahaha, menulis? Gak salah? Mau menulis apa? Kau bisa menulis? Hei, jangan dulu kau patahkan semangatku! Kau tau Kawan, dalam seumur hidupku sudah tiga kali naskahku dimuat di malajah. Pertama puisi di majalah anak, lalu cerpen di majalah remaja. Semua dapat honor, Kawan! Sekalipun semua itu kukerjakan ratusan tahun silam. Okay, lalu apa yang mau kau tulis? Laku di pasaran gak? Oh, aku akan menulis apa saja. Entah itu menghasilkan uang ato tidak. Karena cita-citaku ini lebih untuk kepuasan batinku. Tentu saja aku harus banyak belajar. Gak harus selalu dipublikasikan bukan?

Kau tau, Kawan, sering kubayangkan begini. Setelah kekasih dan kedua malaikatku memulai aktifitasnya, maka aku akan segera memasuki ruang pribadiku. Di situ aku akan membaca atau menulis. Hei, tentu saja aku gak mau direpotkan dengan urusan mengepel, jemur baju, ato menyetrika. Itu semua tetap dilakukan Mbak, so kukatakan tadi jika aku sudah mapan. Nah, setelah puas dan lelah, aku akan bersiap ke toko buku lalu menjemput malaikatku. Setelah seluruh belahan jiwaku pulang tentu aku takkan mengurung diri di perpustakaan. Aku akan kembali menemani dan mengurus mereka. Lalu setiap Sabtu dan Minggu aku juga libur, tak perlu menulis ato membaca. Demikian berulang. Enak to?

Tapiii, membosankan tidak ya? Entahlah. Jawaban itu akan kudapat setelah kugapai cita-citaku. Kalo bosan ya cari cita-cita yang lain. Belajar mbangun jembatan ato bikin kue talam sajalah πŸ˜€

Iseng Aja · Nimbrung Mikir

Hidup untuk Bertahan Hidup?

Sebetulnya tujuan hidup itu apa ya? Untuk memperbanyak keturunan, untuk beramal bakti, untuk berbuat baik pada sesama, untuk bersyukur pada Yang Memberi hidup, atau…….? Tapi bukankah hidup itu juga perjuangan untuk bertahan hidup? So simple, but right or wrong?

Kemaren malam, di tengah hujan deras mengguyur, kulihat sesuatu yang menakjubkan. Sebuah speda motor bertuliskan “Tambal Ban Bergerak” dengan segala aksesoris tambal ban di boncengannya. Tentu saja dengan tabung besar kompresorkah namanya? untuk mengisi angin. Pengendaranya seorang laki-laki yang sudah agak berumur tanpa jas hujan terus melaju dengan beban beratnya itu. Dia hanya berhenti sebentar melihat jalanan yang banjir lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Betapa air hujan itu menetes-netes melalui kacamatanya, mengguyur kepalanya yang tanpa pelindung. Oh, semoga istrinya menyambutnya dengan hangat dan anaknya memberi penghiburan.

Di benakku saat itu Kawan, tentunya setelah seharian bekerja ia ingin segera pulang untuk menemui anak istrinya. Tentu saja dengan membawa hasil yang entah cukup ato tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tapi perjuangannya sungguh membuat aku merenung, betapa kurang bersyukurnya aku ini pada Yang Memberi Hidup. DIA telah memberi banyak kemudahan bagiku dibandingkan bapak itu, tapi begitu banyak keinginan dalam benakku yang merasa belum terpenuhi.

Maka hari ini, aku mensyukuri semua nikmat yang telah kuterima. Terimakasih Allah, atas rejeki dan keindahan yang telah kuterima.

Dan semoga semua orang pun dapat mensyukuri apa pun yang mereka terima hari ini dan seterusnya. Khususnya bagi para korban bencana alam, percayalahΒ  Allah takkan pernah meninggalkan kita.

Nyam...nyam...sedaaap...

Mie Ramen Super Extra Hot

Sudah beberapa kali aku makan mie nya Naruto dan Nobita ini, tapi baru sempat ku foto sekarang πŸ˜€ Tepatnya mie ramen di Gokana Tepan. Mie ramen di sini sangat mengerti kesenanganku makan yang hot-hot alias pedas. Ada yang cuma hot, extra hot, dan super extra hot. Nah yang terakhir ini sudah aku coba dan ternyata cukup membuat bibir terbakar dan keringat mengucur deras alias gembrobyoz! Soale beberapa kali aku makan mi ramen gak da yang pedes gini.

Kalo kau masuk angin Kawan, datang dan makanlah mi ramen super extra hot ini, dijamin langsung sembuh! Dan tanpa efek samping alias gak pake diare. Swear, aku sudah membuktikannya. Tapi kalo gak tahan pedas ya cukup pilih yang hot sajalah. Gak jaman lagi kerokan ato minum obat, cukup dengan makan enak dan panaz, bablaz angine hehehe… Ups, ntar aku dimarahin nyang punya restoran nih, wong makanan enak-enak kok wat obat masuk angin πŸ˜€ Gak cuman ramennya yang enak, menu lain pun boleh dicoba enak-enak kok.

Ramen extra hot tempura
Tempuranya so crispy, mie nya so hotz!
gak hot
Tenaaang, ada jugak yang gak hot kok...

Jadi ingat waktu menjamu klien beberapa tahun lalu. Kami makan di restoran Jepang di sebuah kawasan industri di mana kebanyakan yang makan di situ ya wong asli Jepang. Cuma kami yang pribumi. Begitu membuka pintu maka para pramusaji akan berteriak “Mase…mase…!” Entah nulise gimana, pokoke di kupingku terdengarnya seperti itu. Kuamati setiap pintu membuka dan ada tamu masuk maka mereka akan berteriak “mase….mase…”. Rada berisik sih, tapi mang gak seheboh makan di soto gebrak.

Nah, setelah menikmati hidangan lezat, kulihat para pramusaji berdiri berjajar di garis belakang. Siap-siap melantunkan paduan suara mase mase itu. Ketika tamuku lengah, kulambaikan tangan dan kupanggil salah seorang pramusaji wanita. Dia menghampiriku lalu kubisikkan padanya, “Mbak, lain kali kalo aku ke sini lagi jangan teriak mase-mase yaa?” Sang pramusaji bingung, dia siap-siap membuka mulut menjawab, tapi segera kupotong, “Ssst, jangan teriak mase mase, tapi mbake mbake aja, aku kan perempuan??” Sobatku langsung berdiri menuju ke kasir pura-pura gak dengar. Si mbak pramusaji menahan tawanya, tamuku menunjukkan wajah bingung. Dan aku kembali menyantap makanan penutupku.

Maka ketika lain kali aku datang kembali, mereka akan berteriak “Mbake…..mbake…..!!!” Halah, lebaaayyy….. πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€