I feel blue · Tak Enak

Bullying di Mobil Jemputan

Beberapa minggu lalu, di suatu Senin yang basah, aku menyaksikan peristiwa yang membuat hatiku tergayuti mendung hitam, yang akhirnya menyeruak hingga mataku bergerimis sad0049 Free Sad Emoticons (ngopo to yo?)

Jadi ceritanya, hari Selasa aku selalu berangkat lebih pagi dari biasanya. Tetapi karena hujan sejak malam, jalanan keluar kompleks luar biasa macet. Nah, di depanku ada mobil jemputan. Entah dari sekolah mana, karena tidak ada nama sekolah maupun alamat. Sepertinya jemputan yang dikelola oleh pribadi bukan oleh sekolah. Seperti umumnya jemputan, mobil ini sudah dimodifikasi sehingga bangku penumpang dibuat berhadapan seperti mikrolet. Duduk paling mentok belakang, adalah seorang anak laki-laki yang tampangnya ganteng, badan pun cukup proporsional, sebut saja namanya Boy. Sepertinya anak SMP atau SD kelas VI. Di seberangnya ada anak-anak yang lebih besar badannya.

Si Boy ini sedang belajar. Tapi dua orang teman di seberangnya mengganggu terus. Kalo gak bukunya direbut ya ditutup, pokoknya digangguin banget. Boy melawan tapi seperti gak berani gitu. Wajahnya sudah memendam kekesalan tapi tak berdaya karena dikeroyok depannya. Kasihan banget 😦 Ehh, sebelahnya ada anak laki juga yang lebih kecil, ikut-ikutan gangguin. Parahnya lagiiii, di sebelah anak kecil ini ada anak yang badannya gede banggeeettt dan ikutan gangguin!! 😡

Haduuhhh, aku kasihan banget ngeliatnya. Maka aku klakson kencang-kencang, maksudku kalau perhatian mereka teralihakan, aku akan menyuruh mereka jangan ganggu. Tapi karena hujan dan kondisi macet banget, mereka gak peduli. Lama-lama mereka main fisik, Boy dipukul, ditabok, dikeroyok oleh setan-setan kecil itu. Meski klakson kubunyikan terus-menerus. Parahnya Kawan, karena Boy melawan, si badan gede tadi malah akhirnya menjambak rambutnya, dan memukul kepalanya berulang-ulang!!! Aduuhhh, hatiku habis rasanya! Boy bukannya gak melawan, semakin dia melawan, para setan kecil tadi malah semakin menyiksanya. Aku geram banget!

Ketika penyiksaan itu berkahir untuk “sementara”, kulihat Boy menahan tangis. Berkali-kali mengusap matanya dengan lengan seragamnya. Sesekali menahan tangis dengan menggigit bibirnya. Aku sedihh bangeetttt, gak sadar, aku ikut menangis 😥 (bahkan mataku masih panas ketika menulis ini).

Maka dengan tekad bulat, mencari kondisi yang tepat, aku berusaha mendahului mobil itu. Ketika berhasil, kusejajari mobil jemputan itu, kubuka jendela lalu teriak,

“Pak! Tolong diperhatikan, itu di belakang ada anak dipukuli!” Si sopir memandangku heran.

“Di mana, Bu?”

“Ituuu paling belakang! Tolong bilangin gurunya, ya! Kasihan itu dikeroyok, di-bully!”

Si sopir menengok ke belakang. “Oh ya, Bu, nanti saya bilangin.”

Karena di depan sudah ada mobil dari arah berlawanan, maka aku mendahului mobil jemputan. Tapi aku gak puas! Si sopir kayak gak serius menanggapi. Begitu antrian mobil berhenti di pertigaan, tanpa pikir panjang, aku turun lalu mengahampiri mobil jemputan di belakangku.

“Pak, itu ada anak dipukuli di belakang. Aku gak sampai hati liatnya. Tolong deh, sampaikan ke gurunya, atau kasih tau aja sekarang sama Bapak! Kasihan itu anaknya sampai nangis!”

“Oh iya, Bu, nanti saya bilangin.”

“Tolong ya, Pak, Kasihan, masa dikeroyok di mobil gitu!” Aku masih ingin ngomel panjang, bahkan ingin ke pintu samping untuk melabrak setan-setan kecil itu, kalau perlu tak jewer sekalian mad0222 Free Emoticons   AngerTapi karena mobil di belakang jemputan sudah klakson, maka aku bergegas kembali ke mobil. Dan ternyata di depanku udah kosong! Gila! Gka pikir panjang kutinggalkan mobil dalam keadaan nyala, tasku di bangku samping, dan pintu mobil terbuka lebar! Untunglah gak ada tindak kejahatan.

Mobil jemputan itu belok sementara aku lurus. Sepanjang perjalan aku sedih banget mikirin Boy. Bayangkan Kawan, dia memulai hari dengan sangat tidak nyaman. Dipukuli, diganggu. Dan mungkin dia akan mengalami lagi nanti sore ketika pulang sekolah. Lalu besok lagi … lusa … hikss sad0118 Free Sad Emoticons Padahal Kawan, di mobil jemputan kedua malaikatku (sudah pasti ada nama sekolah, notel dan alamat) semua sangat ceria. Pernah aku menyambut mereka di rumah, anak-anak itu begitu riuh berceloteh lalu saling melambaikan tangan.

Terpikir olehku, bila ini kejadian bukan untuk pertama kalinya, pasti Boy gak berani lapor guru karena diancam. Pun dia gak berani lapor orang tuanya entah karena sebab apa 😥 Mungkin orang tuanya malah menyalahkan karena dia gak melawan? Atau karena gak mau ambil pusing cari jemputan lain? Atau malah karena gak punya waktu untuk mendengarkan keluhannya? Sedih sekali 😦

Maka Kawan, rajin-rajinlah bertanya pada malaikatmu kegiatan sepanjang hari. Mulai dari berangkat sekolah hingga sampai rumah, Dengarkan keluhan atau celoteh mereka. Tanggapi dengan bijak, jangan dimarahi bila ada kejadian tak menyenangkan dengan temannya. Cari penyebabnya dan berikan solusinya. Bila perlu, sampaikan pada guru. Kadang-kadang, anak tak berani bercerita karena takut dimarahi atau malah disalahkan. Jangan sampai kejadian seperti Boy menimpa anak-anak kita 😦

(Dan aku masih sebal pada anak-anak setan yang beraninya main keroyokan itu. Masih anak bawang aja udah berani ngeroyok temannya? Di mana rasa belas kasihnya? Padahal temannya yang dipukuli sudah menangis diam-diam, sudah merah wajahnya, kok tegaaaaa??? Punya hati gak sih mereka??? Mau jadi apa mereka nantiiii??? Pasti orang tuanya gak ngajarin bener itu! 😡 )

16 tanggapan untuk “Bullying di Mobil Jemputan

  1. Kasihan anak yg di bully itu, ngeri membayangkan jika anak itu adalah anakku. Smoga saja teman2nya segera sadar dan insaf.

  2. -_-.Akupun pernah lihAt begitu. Entah anak2 yang sembarangan ngebully temennya smpai hampir melorotin celana temenny, atau ank2 yg menganiaya hewan2 kayak kucing liar. Tp krn posisiku ga dikendaraan alias di depan mataku ya langsung aku labrak anak2 itu. Grrr… Geram!

  3. asli sedih bacanya, sepertinya supir itu tidak perduli dengan tingkah anak yang ada dalam pengamanannya. itupun bisa terjadi pada anak-anak kita…

Tinggalkan Balasan ke RedCarra Batalkan balasan