Iseng Aja

Nuduh Kok Pas!

Rupanya aku ni sudah kecanduan rujak Yu Minah. Biarpun yang juwal sok tau dan bawel tapi rujaknya itu wuenak tenan! Maka siang ini kembali kusambangi warung Yu Minah yang adem dan rimbun halamannya.

“Rujak’e, Yuuu. Buatkan aku empat bungkus yaa,” seruku setelah mengucap salam dan langsung mengambil tempat dekat ulekan.

“Weeh, tumben beli banyak, Jeng?” Tanya Yu Minah sembari mulai menyiapkan bumbu-bumbu.

“Iya, Yu. Saya mau nengok orang tua. Ibunda saya itu senang sekali rujak’e sampeyan,” sahutku. Dan pipi Yu Minah pun bersemu merah merona. Uhuk! Dari dalam terdengar suara TV yang suaranya lumayan kencang.

“Lagi nonton apa to, Yu?” tanyaku iseng sambil menyomot seiris bengkoang.

“Oh, itu Jeng, siang-siang gini ya paling nonton berita. Herannya kok sekarang ini banyak berita ndak mutu ya? Semua serba kriminalitas. Hiiy, ngeri saya liatnya,” cerocos Yu Minah.

“Emang, Yu. Nonton TV sekarang bukan lagi hiburan atau ngasih wawasan, yang ada malah emosi. TV yang sok-sok berita semua itu, isinya cuma nyela pemerintah, debat sana-sini, ngeyel gini-gitu, padahal nanti kejadiannya gak seperti yang diributin!” ujarku tiba-tiba emosi. Yu Minah makin hot mengulek mendengar ocehanku.

“Lha, tadi itu malah isinya mayat di sana-sini, istri mbacok suami, suami nggorok istri. Astagfirullah, yang begitu kalo ditonton anak-anak gimana ya, Jeng? Ndak penting banget to?” tambah Yu Minah sambil menggerus dengan gemas rombongan kacang seolah menggerus berita-berita ndak mutu itu.

“Itu belum seberapa, Yu. Kemaren ada berita sekelompok warga menangkap babi. Eh, babinya langsung dicurigai sebagai babi ngepet! Trus dikurung dan dikasih makan ama warga,” timpalku. Yu Minah ketawa mengikik hingga seluruh tubuhnya bergelombang tak beraturan.

“Lha, taunya kalo itu babi ngepet darimana, Jeng?”

“Ha mbuh! Katanya karena si babi gak bau dan di kampung mereka itu gak pernah ada babi nyasar. Ya barangkali itu babi yang habis mandi wangi mo nyari alamat palsu malah nyasar? Bisa aja to, Yu?” Yu Minah makin ketawa terpingkal-pingkal. Aku jadi kuatir ada yang nyemprot ke dalam rujak. Deg degan kuawasi rujaknya.

“Maksudku Yu, yang gitu kan gak perlu diberitakan. Yang ada malah menyesatkan warga, orang jadi berbondong-bondong datang mau lihat. Belum lagi penemuan aneh-enah yang sifatnya mistis. Ini TV skala nasional, lho! Apa mau jadi pembodohan nasional jugak? Ha mbok yang gitu itu siarkan aja lewat koran lokal. Gak penting banget! Mbok ya TV itu memberitakan yang penting-penting aja. Pembangunan di sana-sini, kemajuan di mana-mini, yang indah-indah gitu lho!”

“Emangnya ada pembangunan? Ada kemajuan? Mangkanya saya lebih seneng nonton sinetron, Jeng. Lumayan menghibur,” kata Yu Minah sambil mulai menyerut buah-buahan.

“Haa, itu lagi. Makin gak mutu, Yu! Lebay abis critanya, ndak masuk akal! Ceritanya makin ke sini makin mbleber ke mana-mana. Saya paling anti deh nonton sinetron!”

“Iya sih, tapi menghibur, Jeng. Kadang suka bikin tensi naik juga tapi yaaah…. hiburan saya kan cuma itu,” kilah Yu Minah.

“Apalagi Putri yang Tertukar itu. Gak tamat-tamat, malah bermunculan tokoh baru dan makin gak jelas. Masak iya tiba-tiba  Prabuwijaya ama si Amira dan lain-lainnya ada di Hongkong. Gimana critanya? Trus ada pembajakan pesawat juga, ada penumpang melahirkan di hutan. Trus Amira itu jadi pahlawan mbela-belain si Ibu agar bisa ditinggal pembajak. Pembajaknya malah ada yang jadi insap. Halah…halah…. ndak mutu banget wis! Pemain-pemain senior cuma jadi figuran, kok pada mau ya?” cerocosku tak kalah hot dengan ulekan Yu Minah.

“Sik…sik…to, Jeng. Tadi katanya anti sinetron? Lha kok tau critanya gitu? Pasti suka ngintip-ngintip yaaaaa……hihhihihihi……”

Sial, kelepasan! Nuduh kok pas!!! 😳

21 tanggapan untuk “Nuduh Kok Pas!

  1. Yu minah coba dihadirkan di Jakarta Lawyer Clup saja biar tambah rame. Maksudnya, orang-orang pada kepedesen makan rujaknya.
    Lha wong sampeyan ngomong segitu aja sudah ketahuan aslinya seneng nonton sinetron kok malah ngeles … hihihihi. Nuduh kok pas

    choco:

    Wakkakaka…. bakalan bungkam semua gara-raga kepedesan :mrgreen:

    Lha ya itu, tauuuuuu ajah si Yu Minah ini 😡

  2. Yo wis lah, Mbak. Ngaku aja kalo sering nonton sinetron. Kemarin sampeyan numpang nonton di rumahku kan? 😀

    *jadi kepenge rujak gara-gara ngebayangain Yu Minah ngulek hot*

    choco:

    HIhihihihi…… dan kau marah karena remote nya tak umpetin kan 😛

  3. huahahhahahahha… Yu’Minah jualan dimana toh? jadi penasaran.
    btw Bu Pit, jangan-jangan enaknya itu karena dia heboh cerita dan ada yg muncrat-muncrat gitu. hahahhahahahaha…

    choco:

    Rianiiiii, nggilani aahh…..

  4. wwkwk paling kocak yang “Yu Minah makin ketawa terpingkal-pingkal. Aku jadi kuatir ada yang nyemprot ke dalam rujak. Deg degan kuawasi rujaknya.”

    jijay juga kalau ada sesuatu masuk rujak tuh, hiii

    tapi yu minah emang kreatif ya, selalu bisa jadi bahan tulisan tuh si mbak yu 😛

    choco:

    Hiiiyyy….nggilani aaahhh…. :sick:

    Iya, selalu ada aja bahan tulisan dari ocehannya 😛

  5. jaihahahaha…. * numpang ngakak dulu akh* 😀 😀 😀
    ketauan ya Mbak Choco, ternyata sukaaaa ngintipin sinetron …hahahaaaa 😀 😀
    salam

    choco:

    Hihihihihi…..cuman ngintip dikiiiiit aja kok, Bun 😀

  6. Wkwkwkwk………
    Mbak… endingnya ga nguatin!!!
    wkwkwkwk…….
    Kalo saya masih bisa berkilah, mbak. Barusan baca di blog teman. wkwkwk…

    #Susah berhenti tertawanya.#

    choco:

    Hihihihihi… Yu Minah itu paling pandai memojokkan orang, susah ngeles dari dia 😀

Tinggalkan Balasan ke ~Amela~ Batalkan balasan